Utusan Trump Ajak Eropa Bersatu Hadang Agresi Ekonomi Cina

Editor

Budi Riza

Jumat, 7 September 2018 18:02 WIB

Presiden Dewan Eropa Donald Tusk, Perdana Menteri Inggris Theresa May, Kanselir Jerman Angela Merkel, Presiden AS Donald Trump dan Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau berpose saat foto dalam KTT G7 di kota Charlevoix La Malbaie, Quebec, Kanada, 8 Juni , 2018. REUTERS/Yves Herman

TEMPO.CO, Brussel – Pemerintah Amerika Serikat dan Uni Eropa harus mengatasi sengketa dan menghadapi agresi ekonomi Cina secara bersama.

Baca:

Cina Bakal Gandeng Eropa untuk Lawan Trump, Soal Apa?

Pernyataan ini disampaikan Duta Besar AS untuk UE, Gordon Sondland, dalam tulisan opini di media Politico Eropa seperti dilansir Reuters, Jumat, 7 September 2018.

Advertising
Advertising

“Saya melihat kesempatan untuk kerja sama transatlantik untuk menjadi satu kekuatan yang menghadang agresi ekonomi Cina dan praktek dagang yang tidak adil,” kata Sondland, yang sebelumnya pengusaha hotel dan dilantik untuk posisinya itu pada 30 Juni 2018.

Sondland mencontohkan praktek dagang bermasalah itu seperti overproduksi Cina, subsidi pemerintah, dan peraturan yang mensyaratkan perusahaan-perusahaan asing membagi pengetahuan teknis bisnisnya dengan perusahaan Cina yang menjadi mitra.

Baca:

Tindakan Balasan, Amerika Serikat Dihantam Tarif Baja Uni Eropa

“Kita semua berbagi kepentingan melihat Cina menawarkan akses pasar yang lebih besar dan menghilangkan praktek dagang yang tidak adil,” kata Sondland dalam tulisannya. “Bersama kita bisa mendesak Cina untuk mengambil langkah-langkah membuat ekonominya beroperasi lebih adil.”

Saat ini hubungan AS dan UE sedang tegang pasca keputusan Trump menarik diri dari perjanjian nuklir Iran. Trump juga telah melontarkan rencana mengenakan kenaikan tarif impor atas logam seperti baja dan aluminium dari UE. Selain itu, Trump mendesak sekutu UE menaikkan pengeluaran militernya dan menurunkan tarif impor untuk produk dari AS.

Baca:

Trump Incar Jepang dalam Perang Dagang Lanjutan?

Uniknya, Cina justru pernah mengajak UE untuk bersatu menghadapi praktek proteksionisme AS, yang menaikkan berbagai tarif impor dari kedua negara. UE menolak ajakan ini dan mengatakan akan menempuh jalur gugatan di Organisasi Perdagangan Dunia WTO.

PM Inggris, David Cameron (kanan), dan Presiden Cina, Xi Jinping meminum segelas bir di pub Princess Risborough dekat Chequers, Inggris, 22 Oktober 2015. Kedua pemimpin negara mengadakan pertemuan dan jamuan makan malam di kediaman resmi PM Cameron. AP/Kirsty Wigglesworth

UE sebenarnya berbagi keprihatinan sama dengan AS soal pasar Cina yang tertutup. Pemerintah Barat menyebut Beijing melakukan dominasi perdagangan global lewat intervensi negara dan subsidi.

Namun, UE dan AS bertolak belakang mengenai cara memaksa Cina melakukan reformasi bisnis seperti menghapus hambatan investasi asing.

Baca:

Trump Menjauh, Macron: Eropa Tidak Bisa Andalkan Amerika

Trump telah dua kali mengenakan kenaikan tarif untuk impor dari Cina dengan total US$50 miliar atau sekitar Rp742 triliun. Saat ini, Trump sedang mempertimbangkan kenaikan tarif impor untuk US$200 miliar atau sekitar Rp3000 triliun barang dari Cina.

UE menolak pendekatan ini dan mengandalkan forum global seperti Organisasi Perdagangan Dunia WTO untuk mendesak Cina menurunkan kelebihan produksi baja dan menghapus subsidi yang mengganggu pasar.

Secara terpisah, Nikkei Asia Review melansir Trump mengincar Jepang dalam perang dagang berikutnya. Menurut Trump hubungannya cukup dekat dengan Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe.

“Tapi itu tentu akan segera berakhir setelah saya beritahu mereka berapa mereka harus membayar,” kata Trump dalam wawancara dengan Wall Street Journal dan dikutip Nikkei Asian Review, Jumat, 7 September 2018.

Berita terkait

Terkini: Jokowi Dorong Penghiliran Industri Jagung, Uni Eropa Jajaki Peluang Investasi IKN

2 jam lalu

Terkini: Jokowi Dorong Penghiliran Industri Jagung, Uni Eropa Jajaki Peluang Investasi IKN

Terkini: Presiden Jokowi dorong penghiliran industri jagung, Uni Eropa jajaki peluang investasi di IKN.

Baca Selengkapnya

Delegasi Uni Eropa Kunjungi IKN untuk Jajaki Peluang Investasi

4 jam lalu

Delegasi Uni Eropa Kunjungi IKN untuk Jajaki Peluang Investasi

Delegasi Uni Eropa mengunjungi Ibu Kota Nusantara (IKN) untuk penjajakan peluang investasi.

Baca Selengkapnya

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

9 jam lalu

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

Daratan Asia berpeluh deras. Gelombang panas menyemai rekor suhu panas yang luas di wilayah ini, dari India sampai Filipina.

Baca Selengkapnya

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

18 jam lalu

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

Menteri Bahlil membantah investasi di Indonesia selama ini dikuasai oleh Cina, karena pemodal terbesar justru Singapura.

Baca Selengkapnya

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

22 jam lalu

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

Keputusan mendirikan pabrik kendaraan listrik di Subang Smartpolitan menunjukkan komitmen BYD dalam mendukung mobilitas berkelanjutan di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

22 jam lalu

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

Korban tewas akibat amblesnya jalan raya di Cina selatan telah meningkat menjadi 48 orang

Baca Selengkapnya

Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

23 jam lalu

Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

Tim bulu tangkis putri Cina dan Jepang melenggang mulus ke semifinal Uber Cup atau Piala Uber 2024.

Baca Selengkapnya

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

1 hari lalu

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

Manila menuduh penjaga pantai Cina telah memancing naiknya ketegangan di Laut Cina Selatan setelah dua kapalnya rusak ditembak meriam air

Baca Selengkapnya

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

1 hari lalu

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

Jajak pendapat yang dilakukan Reuters/Ipsos mengungkap 58 persen responden percaya Beijing menggunakan TikTok untuk mempengaruhi opini warga Amerika.

Baca Selengkapnya

Uni Eropa Cemas TikTok Lakukan Pelanggaran

1 hari lalu

Uni Eropa Cemas TikTok Lakukan Pelanggaran

Ursula von der Leyen mengakui TikTok telah menimbulkan ancaman, namun dia tidak menjelaskan lebih detail.

Baca Selengkapnya