Terancam Banjir, Rohingya Myanmar Harus Direlokasi ke Tempat Aman

Reporter

Tempo.co

Senin, 6 Agustus 2018 17:09 WIB

Seorang remaja Muslim Rohingya bersiap mengikuti salat Jumat di sebuah kamp pengungsi di Kathmandu, Nepal, 18 Mei 2018. Ribuan warga Rohingya telah meninggalkan negaranya untuk menghindari kekerasan. AP/Niranjan Shrestha

TEMPO.CO, Jakarta - Pengungsi etnis minoritas Rohingya yang saat ini memenuhi kamp penampungan harus segera direlokasi oleh pemerintah Bangladesh ke area-area yang lebih aman. Laporan lembaga HAM, Human Rights Watch atau HRW pada Senin, 6 Agustus 2018, menggaris bawahi para pengungsi itu terancam terkena musibah tanah longsor dan banjir karena musim hujan segara tiba.

Dalam laporan setebal 68 halaman, HRW mengatakan para pengungsi etnis minoritas Rohingya juga berisiko terhadap penyakit menular, penembakan, ketegangan, kekerasan domestik dan seksual dimana acap dialami oleh para pengungsi. HRW melalui laporan itu, menyerukan kepada otoritas berwenang di Bangladesh agar segera memindahkan pengungsi etnis minoritas Rohingnya ke kamp penampungan yang tidak padat dengan tanah datar dan dekat dengan distrik Ukhiya.

"Para pengungsi ini harus memiliki tempat perlindungan yang lebih kuat dan pendidikan yang memadai untuk masa tinggal yang lebih lama," demikian laporan HRW, seperti dikutip dari Reuters pada Senin, 6 Agustus 2018.

Baca: Rohingya: Wawancara Shunlei Tokoh Muda Myanmar

Sejumlah pengungsi Rohingya membangun kembali rumah darurat mereka, sebagai persiapan untuk mendekati musim hujan di kamp pengungsi Kutupalong Rohingya di Kutupalong, Bangladesh, 28 April 2018. (AP Photo/A.M. Ahad)

Advertising
Advertising

Baca: Di Bangladesh, Pengungsi Rohingya Myanmar Sulit Cari Kuburan

Para pengungsi etnis minoritas Rohingya melarikan diri dari negara bagian Rakhine, Myanmar untuk menghindari tindak kekerasan terhadap mereka. Sejak Agustus 2017, lebih dari 700 ribu etnis minoritas Rohingya melarikan diri ke melalui wilayah perbatasan Myanmar-Bangladesh. Sekarang ini diperkirakan 626 ribu etnis Rohingya tinggal di kamp pengungsian Kutapalong-Balukhali sehingga menjadikan kamp pengungsian itu terbesar di dunia.

Laporan HRW menyebut, Kutapalong-Balukhali sudah sangat padat. Hal itu diperkuat oleh badan PBB untuk urusan pengungsi, UNHCR, yang menyatakan sekitar 200 ribu pengungsi etnis minoritas Rohingya berisiko terkena musibah banjir bandang dan tanah longsor.

Menanggapi laporan ini, Bangladesh menyatakan akan segera merelokasi sekitar 100 ribu pengungsi etnis minoritas Rohingya ke Bhasan Char, sebuah pulau bakau yang dipenuhi rumput. Namun HTW mengatakan tempat itu tidak cocok karena rentan akan bahaya ombak tinggi dan jika terjadi angin topan tempat itu akan benar-benar tenggelam.

Berita terkait

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

6 jam lalu

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

Asia alamai dampak krisis perubahan iklim. Beberapa negara dilanda cuaca panas ekstrem. Ada yang mencapai 48,2 derajat celcius.

Baca Selengkapnya

Cerita Korban Gempa Garut Bertahan di Rumahnya yang Rawan Roboh

1 hari lalu

Cerita Korban Gempa Garut Bertahan di Rumahnya yang Rawan Roboh

Korban gempa Garut bertahan di rumah mereka yang rawan roboh karena tidak ada tempat pengungsian.

Baca Selengkapnya

Kapolda Papua Barat Minta Warga Distrik Aifat yang Mengungsi Kembali Pulang, Klaim Keamanan Kondusif

2 hari lalu

Kapolda Papua Barat Minta Warga Distrik Aifat yang Mengungsi Kembali Pulang, Klaim Keamanan Kondusif

Kapolda Papua Barat Irjen Johnny Eddizon Isir mengajak masyarakat Distrik Aifat, Maybrat, yang masih mengungsi kembali pulang

Baca Selengkapnya

Eks Ketua HRW: Israel Halangi Penyelidikan Internasional terhadap Kuburan Massal di Gaza

4 hari lalu

Eks Ketua HRW: Israel Halangi Penyelidikan Internasional terhadap Kuburan Massal di Gaza

Pemblokiran Israel terhadap penyelidik internasional memasuki Jalur Gaza menghambat penyelidikan independen atas kuburan massal yang baru ditemukan

Baca Selengkapnya

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

4 hari lalu

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

KKP meringkus satu kapal ikan asing ilegal berbendera Malaysia saat kedapatan menangkap ikan di Selat Malaka.

Baca Selengkapnya

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

6 hari lalu

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

Tentara Pembebasan Nasional Karen memutuskan menarik pasukannya dari perbatasan Thailand setelah serangan balasan dari junta Myanmar.

Baca Selengkapnya

Jenderal Myanmar Menghilang Setelah Serangan Pesawat Tak Berawak

7 hari lalu

Jenderal Myanmar Menghilang Setelah Serangan Pesawat Tak Berawak

Wakil Ketua Junta Myanmar menghilang setelah serangan drone. Ia kemungkinan terluka.

Baca Selengkapnya

Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

9 hari lalu

Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

Ribuan warga etnis Rohingya yang mengungsi akibat konflik di Myanmar, berkumpul di perbatasan Myanmar-Bangladesh untuk mencari perlindungan

Baca Selengkapnya

Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

9 hari lalu

Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

Maung Zarni, aktivis hak asasi manusia dan pakar genosida asal Myanmar, dinominasikan Hadiah Nobel Perdamaian 2024, oleh penerima Nobel tahun 1976

Baca Selengkapnya

Pertempuran di Perbatasan Myanmar-Thailand, Pemberontak Targetkan Pasukan Junta

10 hari lalu

Pertempuran di Perbatasan Myanmar-Thailand, Pemberontak Targetkan Pasukan Junta

Pertempuran berkobar di perbatasan timur Myanmar dengan Thailand memaksa sekitar 200 warga sipil melarikan diri.

Baca Selengkapnya