Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Rohingya: Wawancara Shunlei Tokoh Muda Myanmar

image-gnews
Petugas mengevakuasi jenazah pengungsi Rohingya yang tewas saat melarikan diri dari Myanmar, di tepi pantai Inani, dekat Cox's Bazar, Bangladesh, 28 September 2017. Dilaporkan 14 korban tewas tersebut terdiri dari 10 orang anak dan 4 wanita. REUTERS/Damir
Petugas mengevakuasi jenazah pengungsi Rohingya yang tewas saat melarikan diri dari Myanmar, di tepi pantai Inani, dekat Cox's Bazar, Bangladesh, 28 September 2017. Dilaporkan 14 korban tewas tersebut terdiri dari 10 orang anak dan 4 wanita. REUTERS/Damir
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Tokoh pemuda Myanmar, Thinzar Shunlei Yi,  aktif menggalang perdamaian dan pemahaman tentang HAM  di kalangan anak muda di negaranya dan  bersikap kritis terhadap lemahnya pemahaman mereka  tentang isu Rohingya. Sehingga mereka terbawa arus informasi sepihak militer dan kelompok ultra nasionalis Budha, Ma Ba Tha. Ia pun menyesalkan lemahnya peran  ikon demokrasi Myanmar, Aung San Suu Kyi.  Di berbagai forum, baik di negaranya maupun di level internasional, ia menyuarakan tentang situasi negaranya. 

Berikut petikan wawancara Thinzar Shunlei Yi dengan Maria Rita Hasugian melalui surat elektronik  di tengah kesibukannya untuk bersiap mengikuti acara di Paris, Prancis, 17 September 2017. 


Bagaimana situasi Yangon saat ini? Apakah masyarakat terkena dampak dari isu Rohingya misalnya ketakutan keluar rumah dan bepergian ke kota-kota lain dam takut menjalankan ibadahnya, juga takut menyatakan pendapatnya?

Saya menyaksikan Yangon sepi oleh karena kesedihan dan duka pada 25 Agustus. Awalnya kami terdiam oleh tragedi ini. Sekarang, Yangon hangat mendiskusikan bahkan memperdebatkan isu yang terjadi di negara bagian Rakhine. Krisis Rohingya berdampak pada kehidupan kami sehari-hari. Isu ini masih menjadi topik pembicaraan di warung-warung kopi dan rumah-rumah saat teman dan keluarga berkumpul. Yangon dan kota-kota besar terancam oleh rumor bahwa kelompok Islam Radikal akan meledakkan bom pada 11 September. Saya menerima pesan peringatan sebelum 11 September dari sejumlah teman dan anggota keluarga. Pada dasarnya, orang-orang takut pada teroris. Dan mereka mengkhawatirkan teman-teman mereka, keluarga dan komunitas mereka.

Pada saat yang sama, kelompok ekstrimis Budha dan individu-individu terus menyebarkan pernyataan-pernyataan kebencian melalui media sosial dan beberapa kasus yang ditakutkan terjadi dibahas di media sosial dan ternyata terjadi di Taungtwingyi, kerusuhan yang merusak toko-toko kaum Muslim dan seseorang menembak ke arah orang Muslim. Saya amati, orang-orang dari komunitas berbeda memberikan reaksi berbeda pada kasus ini. Masyarakat melindungi diri mereka sendiri dari ancaman, rumor dan kekerasan dalam realitas. Pejabat pemerintah juga bereaksi secara cepat ketika hal itu terjadi di Taungtwingyi tengah malam lalu. Saya merasa kami tidak ingin tragedi serupa terjadi seperti tahun 2012 ketika aksi kekerasan terjadi di seluruh negeri. Mereka menyatakan kebencian secara terbuka "teroris dan kekerasan" karena pemerintah Myanmar menginformasikan kepada mereka "kelompok teroris" yang disebut ARSA-Arakan Rohingya Salvation Army, telah menyerang pos polisi. Saya yakin ada situasi aneh dan keraguan antara dua kelompok penganut agama ini dan komunitas saat berita-berita ini muncul. Kejatuhan besar kelompok nasionalis Ma Ba Tha tahun lalu sebenarnya sungguh membantu. Atau, mereka malah membakar situasi demi agenda mereka di antara dua kelompok penganut agama ini.

Menurut Anda apa yang akan terjadi pada Myanmar sejak ikon demokrasi,  Aung San Suu Kyi mendapat kritikan dari komunitas internasional terkait kekerasan yang terjadi pada Rohingya dan membuat mereka harus mengungsi ke Bangladesh?
Kami sangat sedih menyaksikan jatuhnya ikon demokrasi yang dipuji media internasional sejak 1990an. Tapi kami juga melihat kebangkitan politik Daw Aung San Suu Kyi. Di dalam negeri, dia masih sangat dihormati. Lautan manusia dari negara bagian memberi dukungan untuk pidato umum pertamanya tentang isu Rakhine kepada dunia dalam bahasa Inggris. Ini menunjukkan orang – orang mendukung apapun keputusannya. Jadi, saya pikir tekanan media internasional pada pemerintah tidak bekerja sebagaimana mestinya, tapi justru mempersatukan khalayak dengan pemahaman serupa untuk mengisolasi diri dari orang luar atau pihak ketiga. Pemerintah berlanjut tanpa terlalu mempedulikan tekanan internasional dan dalam beberapa minggu, pemerintah Myanmar mulai menerapkan rekomendasi Komisi Kofi-Annan serta pemulangan pengungsi dari Bangladesh.

Saya kira akan muncul isu lain saat pemerintah merelokasi pengungsi dalam sebuah wilayah. Akan menimbulkan dilema yang sangat besar bagi komunitas internasional sebagaimana pemerintahan saat ini merupakan pemerintahan sipil pertama dan terbaik yang diharapkan dari Myanmar. Namun saya ragu jika ia memiliki pengetahuan luas tentang situasi sebenarnya atau informasi yang dimilikinya tentang apa yang terjadi. Begitulah asumsi saya setelah pidato yang disampaikannya.

Anda bekerja untuk generasi muda Myanmar untuk membangun pengertian terhadap demokrasi dan nilai hak asasi manusia. Sejauh ini, apakah Anda melihat generasi muda mengerti dengan jelas akar permasalahan dalam krisis Rohingya?
Saya rasa tidak. Orang – orang muda sangat mudah terpengaruh oleh propaganda yang menyatakan bahwa pengungsi tersebut tidak berasal dari Myanmar dan mereka sedang berpura – pura di depan media internasional untuk mendapat simpati dan memberi tekanan pada pemerintahan saat ini. Saya pikir ini merupakan akibat dari kurangnya pendidikan tentang bagaimana membaca berita, bagaimana menyeimbangkan berita, rendahnya berpikir kritis dalam sistem edukasi dan pengelompokan internal pola pikir. Dan yang terpenting, isu ini tidak dibicarakan dengn seksama di dalam Myanmar, tapi lebih berdasarkan rumor dan pertukaran informasi yang tidak resmi.

Apa yang dipikirkan kebanyakan generasi muda Myanmar tentang Rohingya?
Orang – orang mungkin melawan militer tapi dalam kasus Rohingya, mereka terlalu diliputi oleh ideologi yang menganggap mereka mengganggu negara dan mengancam keamanan nasional. Generasi muda atau masyarakat umum berpikir Rohingya sebagai sebuah nama yang digunakan untuk menuntut kewarganegaraan, entnisitas dan kebebasan Islam di Rakhine. Banyak dari mereka sangat sensitif saat menggunakan nama Rohingya, karena dengan menggunakan nama tersebut dapat pula berarti mengakui tuntutan mereka, sebagaimana dijelaskan salah seorang teman dari Rakhine. Begitulah pengertian umumnya. "Orang – orang Benggali datang dari Bangladesh dengan populasi yang besar harus dibawa kembali ke tempat asal mereka dengan warna kulit yang sama,” merupakan tren saat ini yang saya lihat sangat mengganggu karena ini juga merupakan diskriminasi berdasarkan warna kulit.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dalam sudut pandang saya, mereka cenderung menolak pihak yang belum pernah mereka temui di luar sana, dan pastinya Rohingya. Banyak dari mereka belum pernah bertemu Rohingya dan memilih untuk tetap berada di dalam grup internal yang mengatasnamakan “kami adalah etnik Myanmar”, “kami mendukung Rakhine”. Sekali nilai yang mereka proklamirkan ditentang, yaitu cara militer mengakui siapa yang harus menjadi etnis Myanmar, mnejadi dasar mereka bergejolak dan menganggap penentang sebagai pengkhianat. Hal ini terjadi karena negara ini dalam isolasi selama 6 dekade dan tidak pernah belajar tentang politik, ilmu sosial atau antropologi. Myanmar itu liar, muda dan rapuh dalam hal kedewasaan.

Saya sangat yakin bahwa para aktivis muda secara politik sadar bahwa pemuda dan beberapa netizen bersama – sama berdiri untuk mempengaruhi pemerintahan sipil, dan kami sangat berhati – hati dalam memutuskan. Kami berbagi berita dari berbagai sudut dan mendiskusikannya. Kami berdiskusi tentang aspek politik yang mungkin digunakan oleh militer seperti dalam daerah etnik lainnya, ketika mereka ingin mengalahkan pasukan etnik. Pemuda yang tidak begitu sadar tentang politik mungkin akan terjebak dalam perangkap yang dipersiapkan oleh para nasionalis dan xenophobia ekstrim. Jumlahnya sangat besar. Saya berharap bahwa aktivis dan politikus muda bersama – sama menyuarakan apa yang menurut mereka benar dalam kemanusiaan dan aspek hak asasi manusia.

Menurut Anda, apakah orang – orang Myanmar mengerti alasan komunitas internasional memberikan tekanan terhadap pemerintahan Myanmar terkait dengan isu Rohingnya?
Saya pikir media internasional memiliki alasan yang berbeda mengapa mereka meliput berita Myanmar dengan alasan Rohingya. Saya benar – benar menghormati perhatian dan kecemasan mereka, mereka menunjukkan kesalahan dan menyoroti apa yang memperburuk keadaan untuk menunjukkan bahwa mereka ingin pemerintah Myanmar bertanggung jawab dan mau mendengarkan. Pada waktu yang sama, kami juga menyaksikan media tersebut menampilkan gambar yang salah dan konten yang tidak diteliti terlebih dahulu, dan lain lain. Jadi orang – orang Myanmar secara umum berpikir bahwa media tersebut menyerang Daw Aung San Suu Kyi yang mereka cintai. Seperti telah saya sebutkan, mereka tidak mengerti bagaimana media – media besar seperti BBC meliput dan mengapa hanya untuk orang – orang Rohingya yang menurut mereka adalah orang asing. Mereka ingin media menyeimbangkan berita bahwa penduduk Rakhine juga menderita karena konflik tersebut. Menurut sudut pandang saya, orang – orang Myanmar meminta apa yang mereka inginkan dan media internasional melakukan apa yang seharusnya mereka lakukan berfokus pada pihak yang paling menderita dan mudah diserang.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

10 hari lalu

Pengungsi Rohingya menempati penampungan sementara di llanta pasar gedung Balee Meuseuraya Aceh (BMA), Banda Aceh, Senin, 18 Desember 2023. Polresta Banda Aceh menetapkan salah seorang imigran Rohingya Muhammad Amin (35) sebagai tersangka yang menyeludupkan 136 orang pengungsi Rohingya penghuni kamp penampungan Coxs Bazar Bangladesh ke Desa Lamreh, Kabupaten Aceh Besar yang saat ini menempati lantai dasar gedung BMA. ANTARA FOTO/Irwansyah Putra
Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

Ribuan warga etnis Rohingya yang mengungsi akibat konflik di Myanmar, berkumpul di perbatasan Myanmar-Bangladesh untuk mencari perlindungan


Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

10 hari lalu

Maung Zarni. Rohringya.org
Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

Maung Zarni, aktivis hak asasi manusia dan pakar genosida asal Myanmar, dinominasikan Hadiah Nobel Perdamaian 2024, oleh penerima Nobel tahun 1976


Sekjen PBB akan Tunjuk Utusan Khusus untuk Atasi Krisis Myanmar

26 hari lalu

Seorang anggota pemberontak Pasukan Pertahanan Kebangsaan KNDF Karenni menyelamatkan warga sipil yang terjebak di tengah serangan udara, selama pertempuran untuk mengambil alih Loikaw di Negara Bagian Kayah, Myanmar 14 November 2023. REUTERS/Stringer
Sekjen PBB akan Tunjuk Utusan Khusus untuk Atasi Krisis Myanmar

Meluasnya konflik bersenjata di seluruh Myanmar membuat masyarakat kehilangan kebutuhan dasar dan akses terhadap layanan penting


Kapal Tenggelam, Puluhan Pengungsi Rohingya Diselamatkan Nelayan Aceh dan Tim SAR

42 hari lalu

Dua orang anak bermain di lokasi  kapal mengangkut imigran etnis Rohingya yang mendarat di pantai desa  Ie Meule, kecamatan Suka Jaya, Pulau Sabang, Aceh, Sabtu 2 Desember 2023.  Sebanyak 139 imigran etnis Rohingya terdiri dari laki laki,  perempuan dewasa dan anak anak menumpang kapal kayu kembali mendarat di Pulau Sabang, sehingga total jumlah imigran di Aceh tercatat  sebanyak 1.223 orang. ANTARA FOTO/Ampelsa
Kapal Tenggelam, Puluhan Pengungsi Rohingya Diselamatkan Nelayan Aceh dan Tim SAR

Nelayan Indonesia dan tim SAR pada Rabu 20 Maret 2024 berjuang menyelamatkan puluhan warga Rohingya setelah air pasang membalikkan kapal mereka


Komisi Tinggi HAM PBB: Akses Junta Myanmar terhadap Senjata dan Uang Harus Diputus

1 Maret 2024

Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia Volker Turk berbicara saat konferensi pers di Amman, Yordania 10 November 2023. REUTERS/Alaa Al Sukhni
Komisi Tinggi HAM PBB: Akses Junta Myanmar terhadap Senjata dan Uang Harus Diputus

Komisi Tinggi HAM PBB menyoroti isu yang masih berlangsung di Myanmar, yaitu kekuasaan junta Myanmar dan persekusi etnis Rohingya.


Berkas Perkara 3 WNA yang Selundupkan Pengungsi Rohingya ke Aceh Sudah P21, Kejari Susun Dakwaan

17 Februari 2024

Tiga tersangka tindak pidana penyelundupan imigran Rohingya di Kantor Kejari Aceh Besar di Aceh Besar. ANTARA/HO-Kejari Aceh Besar
Berkas Perkara 3 WNA yang Selundupkan Pengungsi Rohingya ke Aceh Sudah P21, Kejari Susun Dakwaan

Setiap pengungsi Rohingya diharuskan membayar 100 ribu taka atau setara Rp 15,7 juta kepada 3 tersangka untuk pergi ke Indonesia.


Kasus Ujaran Kebencian Meningkat Terhadap Kelompok Minoritas Sepanjang Pemilu 2024

13 Februari 2024

Ilustrasi Ujaran Kebencian. shutterstock.com
Kasus Ujaran Kebencian Meningkat Terhadap Kelompok Minoritas Sepanjang Pemilu 2024

Ujaran kebencian terbanyak ditujukan terhadap kelompok Yahudi, disusul kelompok penyandang disabilitas.


14 Polisi Perbatasan Myanmar Kabur ke Bangladesh, Ada Apa?

5 Februari 2024

Fotografer membantu pengungsi Rohingya untuk keluar dari Sungai Nad saat mereka melintasi perbatasan Myanmar-Bangladesh di Palong Khali, dekat Cox's Bazar, Bangladesh, 1 November 2017. Ratusan ribu warga Rohingya mengungsi dari negara bagian Rakhine untuk menghindari kekerasan. REUTERS/Hannah McKay
14 Polisi Perbatasan Myanmar Kabur ke Bangladesh, Ada Apa?

Sebanyak 14 anggota polisi penjaga perbatasan Myanmar melarikan diri ke Bangladesh akibat meningkatnya bentrokan dengan Tentara Arakan


Malaysia Tangkap 41 Pengungsi Rohingya yang Kabur dari Rutan Imigrasi

4 Februari 2024

Sejumlah pengungsi etnis Rohingya yang dipindahkan dari Aceh tiba di venue transit Stadion Kaharudin Nasution Rumbai di Pekanbaru, Riau, Kamis 6 April 2023. Sebanyak 190 pengungsi etnis Rohingya ini akan ditempatkan di tujuh akomodasi IOM di Pekanbaru dengan rincian 29 orang di Wisma Fanel, 33 orang di Wisma Siak Resort, 11 orang di Wisma Indah Sari, 13 orang di Wisma Orchid, 3 orang di Hotel Satria, 44 orang di Rumah Tasqya, dan 57 orang di Wisma Nevada. ANTARA FOTO/Rony Muharrman
Malaysia Tangkap 41 Pengungsi Rohingya yang Kabur dari Rutan Imigrasi

Pengungsi Rohingya yang kabur di Malaysia ditangkap di hutan. Mereka dalam keadaan lapar dan lelah.


Ratusan Pengungsi Rohingya Kabur dari Rutan Malaysia, 1 Tewas Tertabrak

2 Februari 2024

Mahasiswa bersama polisi membantu menaikan sejumlah imigran etnis Rohingya ke truk saat berlangsung pemindahan paksa di penampungan sementara gedung  Balai Meuseuraya Aceh (BMA), Banda Aceh, Aceh, Rabu, 27 Desember 2023. Sebanyak 137 pengungsi imigran etnis Rohingya yang ditempatkan di penampungan sementara gedung BMA itu dipindahkan paksa mahasiswa setelah menggelar aksi damai ke kantor Kemenkumham Provinsi Aceh. ANTARA/Ampelsa
Ratusan Pengungsi Rohingya Kabur dari Rutan Malaysia, 1 Tewas Tertabrak

Sebanyak 115 pengungsi Rohingya di Malaysia melarikan diri dari pusat penahanan karena terjadi bentrokan.