Ingkar Janji, Korea Utara Belum Hentikan Program Senjata Nuklir

Reporter

Tempo.co

Minggu, 5 Agustus 2018 06:00 WIB

Presiden Donald Trump berjabat tangan dengan pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, saat pertemuan di Capella, Pulau Sentosa, Singapura, 12 Juni 2018. Pertemuan Trump dengan Kim Jong Un membawa harapan mereka mengakhiri tujuh dekade permusuhan dan ancaman konfrontasi nuklir. AP

TEMPO.CO, Jakarta - Korea Utara belum menghentikan program senjata nuklir dan rudalnya. Pyongyang bahkan sedang bekerja sama secara militer dengan Suriah dan telah berusaha menjual senjata ke kelompok garis keras Houthi di Yaman.

"Korea Utara belum menghentikan program-program nuklir dan rudalnya. Negara itu terus menciderai resolusi Dewan Keamanan PBB melalui transfer antar kapal produk-produk petroleum serta batu bara di wilayah laut," demikian bunyi sebuah laporan PBB yang bersifat rahasia, tetapi sampai ke Reuters pada Jumat malam, 3 Agustus 2018.

Utusan khusus Korea Utara di PBB tidak merespond saat ingin dikonfirmasi terkait laporan ini.

Baca: Pompeo Yakin Denuklirisasi Korea Utara Sesuai Rencana

Kim Jong Un dan Donald Trump sesaat akan menandatangani dokumen kesepakatan hasil pertemuan puncak mereka di Singapura,12 Juni 2018.

Advertising
Advertising

Baca: Media Korea Utara Mulai Beritakan Isu Internasional

Dalam laporan setebal 149 halaman, Pyongyang juga disebut telah melanggar larangan mengirim bahan-bahan tekstil dengan menjual lebih dari US$ 100 juta atau sekitar Rp 1,4 triliun barang pada Oktober 2017 dan Maret 2018. Barang-barang tekstil itu dijual ke Cina, Ghana, India, Meksiko, Sri Langka, Thailand, Turki dan Uruguai.

Bunyi laporan rahasia PBB itu jelas menciderai hasil kesepakatan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump dan Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un yang melakukan pertemuan pertama di Singapura pada Juni 2018. Ketika itu, Kim berjanji akan melakukan denuklirisasi sebagai imbalan dilonggarkannya sanksi-sanksi ekonomi PBB terhadap Korea Utara.

Sumber di PBB yang tak mau dipublikasi identitasnya mengatakan embargo ekonomi yang dijatuhkan kepada Korea Utara sejak 2006 telah mengguncang pendanaan program nuklir Pyongyang dan rudalnya. Sanksi ekonomi itu telah melarang negara-negara di dunia membeli batu bara, biji besi, tekstil dan makanan laut dari Korea Utara. Sebaliknya, Korea Utara pun tak bisa membeli minyak mentah dan produk-produk bahan bakar lainnya.

Amerika Serikat dan anggota Dewan Keamanan PBB lainnya menyatakan harus ada pengetatan sanksi-sanksi ekonomi yang lebih tegas hingga Korea Utara melakukan komitmennya.

Berita terkait

Pemantau PBB Laporkan Rudal Korea Utara Hantam Kharkiv Ukraina

2 hari lalu

Pemantau PBB Laporkan Rudal Korea Utara Hantam Kharkiv Ukraina

Badan ahli tersebut mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB bahwa penemuan rudal menunjukkan pelanggaran sanksi internasional oleh Korea Utara.

Baca Selengkapnya

Kongres AS Ancam akan Sanksi Pejabat ICC Jika Keluarkan Surat Penangkapan Netanyahu

2 hari lalu

Kongres AS Ancam akan Sanksi Pejabat ICC Jika Keluarkan Surat Penangkapan Netanyahu

Kongres AS dilaporkan memperingatkan Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) atas surat perintah penangkapan bagi pejabat Israel

Baca Selengkapnya

Pejabat Arab dan Muslim Serukan 'Sanksi Efektif' terhadap Israel

2 hari lalu

Pejabat Arab dan Muslim Serukan 'Sanksi Efektif' terhadap Israel

Pejabat Arab dan Muslim di Riyadh mendesak masyarakat internasional untuk menjatuhkan "sanksi efektif" terhadap Israel atas kejahatan perangnya.

Baca Selengkapnya

Rusia Akan Balas Jika Aset-asetnya Disita Amerika Serikat

3 hari lalu

Rusia Akan Balas Jika Aset-asetnya Disita Amerika Serikat

Kementerian Luar Negeri Rusia mengancam negara-negara Barat akan mendapat balasan tegas jika aset-aset Rusia yang dibekukan, disita

Baca Selengkapnya

Dewan Kehormatan Minta Ketum PWI Patuhi Sanksi Ihwal Dugaan Penyelewengan Hibah BUMN

7 hari lalu

Dewan Kehormatan Minta Ketum PWI Patuhi Sanksi Ihwal Dugaan Penyelewengan Hibah BUMN

DK PWI telah memutuskan memberikan sanksi dan tindakan organisatoris terhadap Ketua Umum PWI Hendry Ch Bangun dan tiga pengurus PWI lainnya.

Baca Selengkapnya

Kedubes: Rusia Jadi Lebih Kuat di Bawah Sanksi Barat

7 hari lalu

Kedubes: Rusia Jadi Lebih Kuat di Bawah Sanksi Barat

Kedutaan Besar Rusia untuk Indonesia mengatakan industri Rusia kini menjadi lebih kuat meski banyak disanksi oleh Barat.

Baca Selengkapnya

AS Jatuhkan Sanksi kepada Batalion Netzah Yehuda, Apa Tuduhannya?

9 hari lalu

AS Jatuhkan Sanksi kepada Batalion Netzah Yehuda, Apa Tuduhannya?

Amerika Serikat akan menjatuhkan sanksi terhadap batalion Netzah Yehuda Israel atas perlakuan mereka terhadap warga Palestina di Tepi Barat.

Baca Selengkapnya

Pemimpin Partai Buruh Israel Desak Pembubaran Batalion IDF dengan Sejarah Pelanggaran HAM

9 hari lalu

Pemimpin Partai Buruh Israel Desak Pembubaran Batalion IDF dengan Sejarah Pelanggaran HAM

Pemimpin Partai Buruh Israel mengatakan batalion Netzah Yehuda dalam Pasukan Pertahanan Israel (IDF) membunuh warga Palestina "tanpa alasan yang jelas".

Baca Selengkapnya

AS akan Jatuhkan Sanksi pada Batalion Israel atas Pelanggaran HAM, Netanyahu: Saya Lawan!

10 hari lalu

AS akan Jatuhkan Sanksi pada Batalion Israel atas Pelanggaran HAM, Netanyahu: Saya Lawan!

PM Israel Benjamin Netanyahu akan melawan sanksi apa pun yang menargetkan unit militer Israel atas dugaan pelanggaran hak asasi manusia.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Siap Jatuhkan Sanksi Baru ke Tehran Dampak Serangan Iran ke Israel

14 hari lalu

Amerika Serikat Siap Jatuhkan Sanksi Baru ke Tehran Dampak Serangan Iran ke Israel

Pemerintah Amerika Serikat sedang berupaya menjatuhkan sanksi baru ke Iran sebagai bentuk balasan atas serangan Iran ke Israel pada akhir pekan lalu.

Baca Selengkapnya