Bola Hadiah Putin ke Trump Dicurigai untuk Meretas, Kenapa?

Kamis, 26 Juli 2018 17:41 WIB

Presiden Rusia Vladimir Putin menghadiahkan bola yang dipasangi chip pemancar kepada Presiden AS Donald Trump sehingga muncul kecurigaan chip itu untuk meretas.

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Rusia Vladimir Putin menghadiakan bola kaki merek Adidas kepada Presiden Amerika Serikat Donald Trump dipasang chip pemancar sehingga dicurigai untuk meretas. Chip ini sebagai pemancar yang menghasilkan dan mengirimkan gelombang elektromagnetik yang membawa pesan atau sinyal, terutama dari radio atau televisi.

Putin menghadiahkan bola itu kepada Trump saat keduanya bertemu di Helsinki, ibukota Finlandia pekan lalu.

Baca: Gedung Putih Sebut Putin Berperan Langsung dalam Pilpres Amerika Serikat

Menurut situs web Adidas, chip yang dipasangkan dalam bola hadiah Putin itu bekerja melalui interaksi dengan smartphone atau tablet dengan mengaktifkan Near Field Communication (NFC) atau sebuah teknologi digital yang memungkinkan dua perangkat untuk bertukar data dan melakukan tindakan tertentu saat terhubung satu sama lain.

Selama proses pembuatannya, chip NFC yang menyerupai ikon untuk memancarkan sinyal WiFi ini ditempatkan di dalam bola dan di bawah logo. Chip ini memungkinkan penggemar untuk mengakses video pemain, kompetisi, dan konten lainnya dengan mendekatkan perangkat seluler mereka ke bola. Fitur ini termasuk dalam bola pertandingan FIFA World Cup 2018 yang dijual di situs web Adidas seharga US$ 165 atau setara Rp 2,3 juta.

Baca: Rusia Diduga Meretas Pemilu AS, Obama Siapkan Tindakan

Atas kecurigaan chip itu berfungsi sebagai peretas Rusia, Adidas menyangkalnya dengan mengatakan chip itu tidak dapat dimodifikasi. Di deskripsi bola yang dimuat di situs Adidas menyatakan: "Tidak mungkin untuk menghapus atau menulis ulang parameter yang dikodekan."

Pihak Gedung Putih juga menyangkal adanya ‘mata-mata’ Rusia yang sengaja dimasukkan di dalam bola itu.

Senator kubu Republik dari Carolina Selatan, Lindsey Graham mengunggah sebuah cuitan peringatan di Twitter. Melalui cuitannya, Carolina mengatakan, "Jika itu aku, aku akan memeriksa bolanya untuk mendengar apa ada perangkat aneh dan tidak akan pernah mengizinkannya di Gedung Putih."

Baca: Serangan Siber dari Rusia ke Amerika Serikat Naik

Advertising
Advertising

Secret Service, pengawal khusus presiden AS mengatakan, “Semua hadiah yang diberikan kepada Presiden tunduk pada pemeriksaan keamanan. Secret Service tidak akan berkomentar secara khusus maupun secara umum tentang cara dan metode yang kami lakukan. Keamanan dan perlindungan adalah tanggung jawab kami.”

Seperti laporan CNN dalam sebuah wawancara dengan pakar keamanan cyber, Scott Schober yang mengatakan teknologi tersebut tidak mungkin digunakan untuk kegiatan mata-mata secara rahasia dan sudah dipastikan bahwa semua hadiah yang diterima Presiden AS akan melalui pemeriksaan secara menyeluruh demi persyaratan keamanan.

"Jika seseorang punya motif jahat, orang tersebut dimungkinkan memilih teknologi yang salah. Pihak keamanan akan berhati-hati memeriksa semua hadiah. Mereka mungkin akan melakukan X-ray dan memperhatikan secara teliti untuk melihat apakah ada frekuensi radio yang keluar," kata Schober menanggapi kecurigaan hadiah bola dari Putin untuk Trump untuk meretas.

CNN | ALISHA ULFAH FIRDIANI

Berita terkait

Terancam Dipenjara, Trump Dijatuhi Denda Rp146 Juta karena Langgar Perintah Pembungkaman

23 jam lalu

Terancam Dipenjara, Trump Dijatuhi Denda Rp146 Juta karena Langgar Perintah Pembungkaman

Hakim yang mengawasi persidangan pidana uang tutup mulut Donald Trump mendenda mantan presiden Amerika Serikat itu sebesar US$9.000 atau karena Rp146

Baca Selengkapnya

WSJ: Putin Mungkin Tak Perintahkan Pembunuhan Navalny

4 hari lalu

WSJ: Putin Mungkin Tak Perintahkan Pembunuhan Navalny

Badan-badan intelijen AS sepakat bahwa presiden Rusia mungkin tidak memerintahkan pembunuhan Navalny "pada saat itu," menurut laporan.

Baca Selengkapnya

Kedubes: Rusia Jadi Lebih Kuat di Bawah Sanksi Barat

7 hari lalu

Kedubes: Rusia Jadi Lebih Kuat di Bawah Sanksi Barat

Kedutaan Besar Rusia untuk Indonesia mengatakan industri Rusia kini menjadi lebih kuat meski banyak disanksi oleh Barat.

Baca Selengkapnya

Seorang Pria Bakar Diri di Luar Gedung Pengadilan Saat Trump Disidang

12 hari lalu

Seorang Pria Bakar Diri di Luar Gedung Pengadilan Saat Trump Disidang

Seorang pria membakar dirinya di luar gedung pengadilan New York tempat persidangan uang tutup mulut bersejarah Donald Trump.

Baca Selengkapnya

Putin Buka Suara Soal Serangan Israel, Iran Sebut Terpaksa

13 hari lalu

Putin Buka Suara Soal Serangan Israel, Iran Sebut Terpaksa

Putin menelepon Ebrahim Raisi untuk membahas serangan Iran ke Israel.

Baca Selengkapnya

Trump Tolak Undangan Zelensky, Menilai Tak Pantas Kunjungi Ukraina

20 hari lalu

Trump Tolak Undangan Zelensky, Menilai Tak Pantas Kunjungi Ukraina

Bekas Presiden AS Donald Trump menolak undangan Presiden Volodymyr Zelensky untuk menyambangi Ukraina.

Baca Selengkapnya

Trump: Kehormatan bagi Saya Masuk Penjara karena Melanggar Perintah Pembungkaman

23 hari lalu

Trump: Kehormatan bagi Saya Masuk Penjara karena Melanggar Perintah Pembungkaman

Trump telah mengaku tidak bersalah atas 34 dakwaan pemalsuan catatan bisnis dan menyangkal pernah bertemu dengan Stormy Daniels.

Baca Selengkapnya

Berusia 75 Tahun, NATO Hadapi Sejumlah Ancaman, Termasuk Trump

27 hari lalu

Berusia 75 Tahun, NATO Hadapi Sejumlah Ancaman, Termasuk Trump

Sekjen NATO mendesak Amerika Serikat tetap bersatu dengan Eropa, meski seandainya Donald Trump kembali berkuasa di Gedung Putih

Baca Selengkapnya

Trump Dikabarkan Baru-baru Ini Berbicara dengan Mohammed bin Salman

27 hari lalu

Trump Dikabarkan Baru-baru Ini Berbicara dengan Mohammed bin Salman

Arab Saudi adalah tempat yang dikunjungi Trump setelah dilantik sebagai Presiden AS pada 2017.

Baca Selengkapnya

Saling Serang Calon Presiden AS: Joe Biden Ungkit Pemutih sebagai Obat, Donald Trump: Jika Tak Menang, Demokrasi Berakhir

32 hari lalu

Saling Serang Calon Presiden AS: Joe Biden Ungkit Pemutih sebagai Obat, Donald Trump: Jika Tak Menang, Demokrasi Berakhir

Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, menyindir Donald Trump, yang akan menjadi pesaingnya lagi dalam pemilihan presiden AS yang akan datang pada bulan November.

Baca Selengkapnya