Trump Kritik Sikap The Fed Bakal Naikkan Suku Bunga, Kenapa?

Editor

Budi Riza

Jumat, 20 Juli 2018 13:20 WIB

Presiden Donald Trump dan Penasihat ekonomi utama Gedung Putih Gary Cohn. businessinsider.com

TEMPO.CO, Washington - Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan tidak senang dengan keputusan bank sentral Federal Reserve menaikkan suku bunga beberapa kali lagi pada tahun ini.

Baca:
Trump Cuit Soal Unjuk Rasa Ekonomi, Ini Kata Kemenlu Iran
Cina Tuding Perang Dagang Trump Bencana bagi Ekonomi Dunia

Trump mengaku merasa khawatir kenaikan tingkat suku bunga acuan itu malah akan menghilangkan capaian ekonomi pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Mata uang yang kuat, secara umum, membuat ekspor negara terkait menjadi lebih mahal sehingga kurang kompetitif di pasar global.

Pernyataan Trump ini bertentangan dengan tradisi pemerintahan Amerika Serikat, yang cenderung menghindari kritik terbuka terhadap The Fed.

Advertising
Advertising

“Saya tidak bahagia soal ini,” kata Trump, seperti tercantum dalam naskah wawancaranya dengan media CNBC, seperti dilansir CNN Money, Kamis, 19 Juli 2018.

Baca:
Ekonomi Eropa Terancam Loyo Akibat Trump Kobarkan Perang
Kebijakan Tarif Impor Baja Trump, Penasihat Ekonomi AS Mundur

Trump menjelaskan, kenaikan suku bunga malah akan membuat nilai tukar dolar menjadi terlalu kuat. Ini justru merugikan kepentingan ekonomi Amerika karena bank sentral Uni Eropa dan Jepang menetapkan tingkat suku bunga yang rendah. “Mata uang Cina malah jatuh seperti batu,” katanya.

Trump menambahkan, "Saya tidak suka melihat semua upaya yang kita lakukan untuk ekonomi lalu melihat suku bunga naik,” ucap Trump.

IMF: Trump Bisa Picu Gejolak Ekonomi Global

Meski begitu, Trump menyebut Jerome Powell, Gubernur The Fed, sebagai orang baik. “Saya biarkan mereka melakukan apa yang mereka rasa terbaik,” kata Trump.

Pernyataan Trump ini membuat dolar melemah dari posisi terkuatnya selama setahun terakhir.

The Fed mulai menaikkan suku bunga dari level darurat pada 2015. Powell mengatakan ekonomi cukup kuat bagi The Fed untuk terus menaikkan suku bunga secara bertahap. Pada Maret 2018, suku bunga dinaikkan pada kisaran 1,5-1,75 persen.

“Ini luar biasa melihat Trump mengejar Fed seperti ini,” kata Greg Valliere, kepala strategi global di Horizon Investments. “Jika pasar mulai merasa The Fed dimanipulasi secara politik, itu akan menjadi kisah yang buruk. Itu akan memunculkan rasa takut bahwa The Fed tidak akan kuat melawan inflasi.”

Analis lainnya, Viraj Patel, dari ING di London, Inggris, mengatakan, "Kami menduga pernyataan Presiden mengenai tingkat suku bunga Amerika ini akan berdampak pada terhentinya laju nilai tukar dolar.”

Menanggapi kritik ini, Trump membela dirinya dengan mengatakan pernyataannya dalam wawancara dengan CNBC sebagai pernyataan yang sama jika dia seorang warga negara.

“Jadi seseorang akan mengatakan, 'Oh, mungkin Anda seharusnya tidak mengatakan itu sebagai Presiden'. Saya tidak mempedulikan apa yang mereka katakan karena pandangan saya tidak berubah.”

Uniknya, Trump mengkritik kebijakan tingkat suku bunga rendah yang diterapkan bank sentral era Presiden Barack Obama dengan menyebutnya itu malah menciptakan pasar saham yang palsu karena transaksinya menjadi ramai.

Namun belakangan Trump memuji bekas Gubernur The Fed, Janet Yellen, karena telah menerapkan kebijakan suku bunga rendah selama kepemimpinannya di bank sentral pada masa Presiden Obama.

Berita terkait

OJK Ungkap Potensi Kredit Bermasalah Perbankan usai Relaksasi Restrukturisasi Pandemi Dihentikan

2 jam lalu

OJK Ungkap Potensi Kredit Bermasalah Perbankan usai Relaksasi Restrukturisasi Pandemi Dihentikan

OJK mengungkap prediksi kredit bermasalah perbankan.

Baca Selengkapnya

Rupiah Diprediksi Berada di Rentang Rp15.900 - Rp16.025 per Dolar AS Hari Ini

1 hari lalu

Rupiah Diprediksi Berada di Rentang Rp15.900 - Rp16.025 per Dolar AS Hari Ini

Pada awal perdagangan Jumat pagi, rupiah turun 60 poin atau 0,38 persen menjadi Rp15.984 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Penyebab Rupiah Melemah, Ini Analisis Direktur Laba Forexindo Berjangka

1 hari lalu

Penyebab Rupiah Melemah, Ini Analisis Direktur Laba Forexindo Berjangka

Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memberikan analisis soal nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar AS belakangan ini.

Baca Selengkapnya

Posisi Joe Biden Melemah dalam Jajak Pendapat, Apa Sebabnya?

1 hari lalu

Posisi Joe Biden Melemah dalam Jajak Pendapat, Apa Sebabnya?

Cara Biden menangani isu Gaza menjadi penentu penting untuk suara pemilu nanti.

Baca Selengkapnya

6 Penyebab Rupiah Melemah, Ini Pemicu dari Faktor Domestik dan Global

1 hari lalu

6 Penyebab Rupiah Melemah, Ini Pemicu dari Faktor Domestik dan Global

Rupiah melemah dipengaruhi oleh berbagai faktor global dan domestik, apa saja?

Baca Selengkapnya

Xi Jinping dan Putin Makin Mesra, Janjikan Hubungan Lebih Erat

1 hari lalu

Xi Jinping dan Putin Makin Mesra, Janjikan Hubungan Lebih Erat

Putin mengunjungi Cina dan bertemu Xi Jinping setelah dilantik kembali sebagai Presiden Rusia.

Baca Selengkapnya

Rupiah Menguat ke Level Rp 15.923 per Dolar AS

2 hari lalu

Rupiah Menguat ke Level Rp 15.923 per Dolar AS

Kurs rupiah hari ini ditutup menguat 104 poin ke level Rp 15.923 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Biden dan Trump Sepakati Dua Sesi Debat Calon Presiden AS

2 hari lalu

Biden dan Trump Sepakati Dua Sesi Debat Calon Presiden AS

Biden dan mantan presiden Donald Trump sepakat untuk menggelar dua debat kampanye pada Juni dan September dalam pemilihan presiden AS tahun ini

Baca Selengkapnya

Putin Tiba di Cina atas Undangan Xi Jinping, Pertama Sejak Terpilih Kembali

2 hari lalu

Putin Tiba di Cina atas Undangan Xi Jinping, Pertama Sejak Terpilih Kembali

Presiden Rusia Vladimir Putin tiba di ibu kota Cina, Beijing, untuk memulai kunjungan resmi selama dua hari atas undangan Xi Jinping

Baca Selengkapnya

Cina kepada Pemimpin terpilih Taiwan: Pilih Damai atau Perang

2 hari lalu

Cina kepada Pemimpin terpilih Taiwan: Pilih Damai atau Perang

Cina menganggap Taiwan sebagai provinsi yang memisahkan diri, namun Taiwan bersikeras pihaknya sudah memiliki pemerintahan independen sejak 1949.

Baca Selengkapnya