Kota Orlando Amerika Hentikan Uji Pemindai Wajah Amazon

Editor

Budi Riza

Kamis, 28 Juni 2018 14:27 WIB

Amazon menjual sistem pengenal wajah Rekognition dan bekerja sama dengan lembaga pemerintah serta penegak hukum dalam uji coba. Lawofficer

TEMPO.CO, Florida – Kota Orlando, negara bagian Florida, Amerika Serikat, menghentikan ujicoba program sistem keamanan dengan perangkat lunak pemindai wajah "Rekognition" yang dibesut Amazon.

Sistem bernama "Rekognition" yang dikembangkan perusahaan raksasa Amazon ini telah memicu keluhan dari kelompok pembela hak privasi. Protes ini muncul bahkan sejak alat itu diperkenalkan pada awal tahun ini.

Baca:

Militer Amerika Bikin Lapisan Pelindung Kapal Selam, Fungsinya?

Advertising
Advertising

Unjuk Rasa di Amerika Serikat, Polisi Tembak Mati Remaja 17 Tahun

Keluhan itu disebabkan karena rentan penyalahgunaan sistem keamanan "Rekognition". Banyak kelompok yang memprotes penggunaan alat itu merasa khawatir itu akan digunakan untuk mengincar para demonstran, imigran, dan siapapun yang hanya menjalankan kegiatannya sehari-hari.

Salah satu kelompok yang memprotes program tersebut, ACLU (American Civil Liberties Union of Florida) pada Senin 25 Juni 2018 waktu setempat telah menulis surat kepada Walikota Buddy Dyer dan Pemerintah Kota Orlando.

Mereka meminta pemerintah kota untuk segera menghentikan setiap penggunaan pemindai wajah oleh lembaga dan pemerintahan kota. Menurut laporan dari Reuters, UCLA menyatakan alasan mereka menuntut penghentian itu karena "orang-orang seharusnya bisa berjalan bebas di jalanan tanpa diawasi pemerintah."

Baca:

Amerika Serikat Sahkan Penggunaan Obat Ganja untuk Epilepsi

Harley-Davidson Pindahkan Produksi ke Luar Amerika

Pada hari sama, sebagaimana dilansir dari media NPR (National Public Radio) para pejabat kota Orlando dan polisi mengeluarkan pernyataan yang mengatakan ujicoba sistem keamanan yang menggunakan "Rekognition" sudah dihentikan sejak minggu lalu.

Mereka juga mengungkapkan ujicoba program itu hanya terbatas pada sebagian kecil kamera yang dipasang di kota. Selama ujicoba, mereka menguji sistem keamanannya dengan melacak anggota polisi yang yang bersedia menjadi sukarelawan.

Kepada NPR, Pejabat polisi kota Orlando menjelaskan program ujicoba itu melibatkan delapan kamera video, lima di kantor pusat polisi dan sisanya di jalanan yang dipasang. Amazon akan mendapat akses termasuk foto dan wajah dari tujuh orang polisi yang menjadi sukarelawan untuk digunakan wajahnya dalam percobaan sistem keamanan itu.

Meskipun begitu, keberadaan "Rekognition" tetap menuai protes. Bulan lalu, lebih dari empat puluh kelompok pembela hak sipil mengirim surat kepada Direktur Perusahaan Amazon, Jeff Bezos, bahwa teknologi dari perushaannya rentan disalahgunakan. Surat itu menggarisbawahi bahwa teknologi pelacak dan pemindai wajah itu bisa membuat kontrol pengawasan negara menjadi tinggi.

Amazon selaku perusahaan yang mengeluarkan program "Rekognition" mengklarifikasi keterlibatan mereka. Tepatnya ketika petinggi perusahaan mereka yang menangani unit "Rekognition", Ranju Das, mendeskripsikan program keamanan Orlando dalam seminar yang diselenggarakan pada awal Mei di Korea Selatan.

Dia mengatakan "Kota Orlando bekerja sama dengan kami. Kota ini adalah smart city: mereka punya kamera di setiap jalan." Ranju Das juga mengatakan polisi bisa melacak "orang yang mereka inginkan."

Menanggapi pernyataan Ranju Das dan dugaan kepolisian Orlando bisa menggunakan pemindai wajah secara "real-time" di ruang publik, Amazon menyebut "Itu tidak tepat jika mereka telah memasang kamera di sepanjang kotanya atau menggunakannya." Perusahaan itu juga meminta maaf atas kebingungan dan kesalahpahaman yang terjadi berkaitan dengan pengunaan sistemnya.

Sementara itu, instansi penegakan hukum lain mengatakan akan tetap menggunakan perangkat pemindai wajah, walaupun dengan cara yang lebih terbatas. Polisi di Washington County, negara bagian Oregon, misalnya telah menggunakan "Rekognition" selama satu tahun setengah.

Kepala Polisi setempat, Jeff Talbot seperti dikutip dari USA Today mengatakan, "Polisi tidak pernah dan tidak akan menggunakan teknologi ini kepada masyarakat umum atau secara "real time" karena penggunaan itu melanggaran hukum negara bagian Oregon dan kebijakan kami."

Pengunaan perangkat lunak pemindai wajah juga sudah digunakan dalam beberapa teknologi pada umumnya. Para pengguna Apple barangkali sudah pernah merasakan fitur itu dalam gawai mereka.

Contoh lain juga terjadi saat acara pernikahan Pangeran Harry dan Meghan Markle lalu. Sky News menyusun data tamu undangan kemudian mencocokannya dengan rekaman orang-orang yang memasuki Kapel St. George, Kastil Windsor, Inggris. Namun, ketika teknologi pemindai wajah itu digunakan oleh perangkat negara, nampaknya ketakutan akan diawasi “big brotherr” seperti cerita dalam fiksi distopia akan selalu ada. Ini membuat isu pengawasan publik menggunakan piranti pemindai wajah menjadi sensitif di Amerika.

ERVIRDY RAHMAT

Berita terkait

5 Fakta Demo Bela Palestina di Amerika, Kandidat Presiden Ditangkap hingga Boikot Akademis

4 hari lalu

5 Fakta Demo Bela Palestina di Amerika, Kandidat Presiden Ditangkap hingga Boikot Akademis

Demo bela Palestina di sejumlah kampus Amerika menimbulkan sejumlah dampak.

Baca Selengkapnya

6 Kampus Bersejarah Lokasi Demo Bela Palestina di Amerika

4 hari lalu

6 Kampus Bersejarah Lokasi Demo Bela Palestina di Amerika

Demo bela Palestina terjadi di sejumlah kampus Amerika. Polisi negara sekutu Israel itu bertindak represif.

Baca Selengkapnya

5 Fakta menarik Hot Dog, Dibawa ke Luar Angkasa hingga Harga Mencapai Puluhan Juta

5 hari lalu

5 Fakta menarik Hot Dog, Dibawa ke Luar Angkasa hingga Harga Mencapai Puluhan Juta

Sebagai makanan cepat saji yang populer, hot dog memiliki bulan perayaan nasional. Untuk merayakannya sebuah restoran di New York menjual hot dog seharga 37 juta rupiah

Baca Selengkapnya

ByteDance Pilih Tutup TikTok di AS jika Opsi Hukum Gagal

7 hari lalu

ByteDance Pilih Tutup TikTok di AS jika Opsi Hukum Gagal

TikTok berharap memenangkan gugatan hukum untuk memblokir undang-undang yang ditandatangani oleh Presiden Joe Biden.

Baca Selengkapnya

Deretan Aktris Korea Selatan yang Menikah Dengan Chaebol

10 hari lalu

Deretan Aktris Korea Selatan yang Menikah Dengan Chaebol

Kisah cinta dengan kalangan chaebol juga dialami sejumlah aktris Korea Selatan.

Baca Selengkapnya

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

12 hari lalu

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

Hibah untuk lebih kuat bertahan dari cuaca ekstrem ini disebar untuk 80 proyek di AS. Nilainya setara separuh belanja APBN 2023 untuk proyek IKN.

Baca Selengkapnya

Alasan Tesla, Google, dan Amazon Kembali PHK Karyawan

15 hari lalu

Alasan Tesla, Google, dan Amazon Kembali PHK Karyawan

Raksasa teknologi Tesla, Google, dan Amazon melakukan PHK karyawan. Apa alasannya?

Baca Selengkapnya

4 Rudal Iran yang Diwaspadai Amerika dan Sekutunya

15 hari lalu

4 Rudal Iran yang Diwaspadai Amerika dan Sekutunya

Iran memiliki kapasitas teknis dan industri untuk mengembangkan rudal jarak jauh, termasuk Intercontinental Ballistic Missile (ICBM) atau Rudal Balistik Antarbenua.

Baca Selengkapnya

Kisah Amerika Bantu Iran Kembangkan Nuklir

15 hari lalu

Kisah Amerika Bantu Iran Kembangkan Nuklir

Iran menjadi salah satu negara yang mengembangkan nuklir. Ada jasa Amerika dalam hal itu.

Baca Selengkapnya

Susul Spotify, Amazon Music Besut Playlist AI Bernama Maestro

16 hari lalu

Susul Spotify, Amazon Music Besut Playlist AI Bernama Maestro

Amazon Music juga ikut menyediakan teknologi playlist AI. Fitur yang sedang populer dikembangkan oleh penyedia musik streaming.

Baca Selengkapnya