Dubes Rusia untuk PBB: Perang Terbuka dengan Amerika Bisa Terjadi

Editor

Budi Riza

Jumat, 13 April 2018 08:08 WIB

Setelah tujuh tahun perang sipil Suriah, ibukota Damaskus, dari sisi politik dan keamanan relatif aman. Sumber: Muhammad Ramdhan/PWNI Kemenlu

TEMPO.CO, Washington – Duta Besar Rusia untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Vassily Nebenzia, mengatakan tidak bisa mengesampingkan terjadinya perang terbuka Rusia dengan Amerika Serikat.

Nebenzia mendesak AS dan sejumlah negara Barat lain untuk menahan diri tidak melakukan serangan terhadap Suriah. Rusia merupakan sekutu terbesar Suriah bersama Iran dalam perang yang telah terjadi sejak 2011.

Baca: Petinggi Militer Rusia dan Nato Sepakat Bertemu Bahas Suriah

“Prioritas utama adalah menghindari terjadinya perang,” kata Nebenzia kepada pers, Kamis, 12 April 2018. “Kami berharap tidak kebablasan.”

Anak-anak warga negara Suriah menerima perawatan medis setelah pasukan rezim Assad diduga melakukan serangan gas beracun ke kota Duma, Ghouta Timur di Damaskus, Suriah, 7 April 2018. Setidaknya 41 orang, termasuk anak-anak, diyakini tewas dalam serangan tersebut. Halil el-Abdullah/Anadolu

Advertising
Advertising

Nebenzia mengatakan ini pasca-ancaman terbuka Presiden AS Donald Trump untuk melakukan serangan rudal terhadap rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad. Ini terjadi pasca-serangan senjata kimia di Kota Douma, yang diduga dilakukan pasukan Suriah pada akhir pekan lalu.

Baca: Inggris dan Rusia Minta Investigasi Serangan Kimia di Suriah

Saat ini, tim ahli dari lembaga pemantau senjata kimia (OPCW) sedang menuju Suriah. Mereka segera melakukan investigasi soal dugaan serangan senjata kimia klorin pada Sabtu, 14 April 2018.

Soal ini, Menteri Pertahanan AS James Mattis menuturkan pemerintah AS belum memutuskan melakukan serangan militer terhadap rezim Assad.

“Saya tidak ingin bicara soal serangan spesifik yang belum pasti. Ini namanya mendului,” ujar Mattis kepada Komite Pertahanan DPR AS, Kamis, 12 April 2018.

Militer Israel merilis foto udara markas T-4 pangkalan udara Suriah pasca penyerangan Februari 2018. IDF Spokesperson’s Unit

Rusia, Suriah, dan Iran menuding serangan senjata kimia itu dilakukan kelompok pemberontak sebagai pemicu serangan AS terhadap rezim Suriah.

Sedangkan Prancis dan Inggris menyatakan ada indikasi kuat serangan senjata kimia berupa gas klorin dilakukan rezim Presiden Bashar al-Assad. “Sangat mungkin rezim itu bertanggung jawab atas serangan pada Sabtu pekan lalu,” bunyi pernyataan juru bicara Downing Street pascarapat kabinet Perdana Menteri Inggris Theresa May dengan kabinet.

Sedangkan Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan dalam sebuah wawancara, “Kami punya buktinya bahwa serangan senjata kimia pada pekan lalu menggunakan gas klorin dan itu dilakukan rezim Assad.”

Pemerintah Suriah dan Rusia menuding kabar serangan senjata kimia itu sebagai berita bohong. Belakangan, mereka menyalahkan serangan itu kepada kelompok anti-Assad untuk membuat pemerintah Suriah terlihat bersalah dan menjadi serangan militer AS.

Berita terkait

Delegasi PBB Evakuasi Pasien dari Rumah Sakit di Gaza Utara

2 jam lalu

Delegasi PBB Evakuasi Pasien dari Rumah Sakit di Gaza Utara

Delegasi PBB mengevakuasi sejumlah pasien dan korban luka dari Rumah Sakit Kamal Adwan di Jalur Gaza utara

Baca Selengkapnya

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

6 jam lalu

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

Pejabat senior Hamas mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berupaya menggagalkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

Antisipasi Protes Anti-Israel, Penyelenggara Eurovision Larang Pengibaran Bendera Palestina

11 jam lalu

Antisipasi Protes Anti-Israel, Penyelenggara Eurovision Larang Pengibaran Bendera Palestina

Keputusan penyelenggara Eurovision diambil meskipun ketegangan meningkat seputar partisipasi Israel

Baca Selengkapnya

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

13 jam lalu

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

WHO mengatakan tidak ada rencana darurat yang dapat mencegah "tambahan angka kematian" di Rafah jika Israel menjalankan operasi militernya di sana.

Baca Selengkapnya

Palestina: Tidak Ada Guna Membahas Gaza di PBB

18 jam lalu

Palestina: Tidak Ada Guna Membahas Gaza di PBB

Dubes Palestina untuk Austria menilai upaya membahas Gaza pada forum PBB tidak akan berdampak pada kebijakan AS dan Eropa yang mendanai genosida.

Baca Selengkapnya

PBB: Serangan Terbaru Israel Bisa Hapus 44 Tahun Pembangunan Manusia di Gaza

1 hari lalu

PBB: Serangan Terbaru Israel Bisa Hapus 44 Tahun Pembangunan Manusia di Gaza

Jika perang terus berlanjut selama sembilan bulan, kemajuan yang dicapai selama 44 tahun akan musnah. Kondisi itu akan membuat Gaza kembali ke 1980

Baca Selengkapnya

Tema World Water Forum ke-10 Sejalan dengan Target UNICEF, Kelangkaan Air jadi Isu Krusial

1 hari lalu

Tema World Water Forum ke-10 Sejalan dengan Target UNICEF, Kelangkaan Air jadi Isu Krusial

Tema World Water Forum ke-10 di Bali berkaitan dengan sejumlah tujuan UNICEF. Salah satunya soal akses air bersih untuk anak-anak di daerah.

Baca Selengkapnya

PBB: Kehancuran Bangunan di Gaza Terburuk Sejak PD II, Butuh Biaya Rekonstruksi Hingga US$40 Miliar

1 hari lalu

PBB: Kehancuran Bangunan di Gaza Terburuk Sejak PD II, Butuh Biaya Rekonstruksi Hingga US$40 Miliar

PBB melaporkan kehancuran perumahan di Gaza akibat serangan brutal Israel sejak 7 Oktober merupakan yang terburuk sejak Perang Dunia II.

Baca Selengkapnya

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

1 hari lalu

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

Badan mata-mata Korea Selatan menuding Korea Utara sedang merencanakan serangan "teroris" yang menargetkan pejabat dan warga Seoul di luar negeri.

Baca Selengkapnya

Gedung Putih Minta Rusia Dijatuhi Sanksi Lagi karena Kirim Minyak ke Korea Utara

1 hari lalu

Gedung Putih Minta Rusia Dijatuhi Sanksi Lagi karena Kirim Minyak ke Korea Utara

Gedung Putih menyarankan agar Rusia dijatuhi lagi sanksi karena diduga telah secara diam-diam mengirim minyak olahan ke Korea Utara

Baca Selengkapnya