Filipina Tolak Resolusi PBB Soal Myanmar, Duterte Tuai Kecaman

Selasa, 27 Maret 2018 17:57 WIB

Anak-anak pengungsi Rohingya mengisi air dari pompa air tangan di kamp pengungsian Balukhali, 50 kilometer dari Cox's Bazar, Bangladesh, 18 Januari 2018. Upaya pemulangan ribuan pengungsi Rohingya rencananya akan dimulai paling cepat pekan depan. AP Photo/Manish Swarup

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Rodrigo Duterte menghadapi kecaman baru setelah menolak resolusi PBB tentang situasi HAM di Myanmar. Filipina merupakan satu dari lima negara yang menolak resolusi oleh Badan HAM PBB tentang situasi HAM di Myanmar.

Menteri Luar Negeri Filipina, Alan Peter Cayetano membenarkan sikap negaranya dengan mengatakan bahwa masalah ini sedang dipolitisasi.

Baca: Soal Rohingya, Duterte Beri Saran ke Suu Kyi: Abaikan Aktivis HAM

Filipina pekan lalu bergabung dengan Burundi, Cina, Kuba dan Venezuela menolak resolusi Dewan HAM PBB untuk memperpanjang mandat pelapor khusus mengenai situasi HAM di Myanmar selama satu tahun. Dan, menyerukan agar para pengunsi Rohingya yang terlantar dijamin keselamataNnya saat kembali ke Rakhine.

Resolusi itu juga menyerukan pemerintah Myanmar untuk mencabut jam malam dI Rakhine dan memastikan kebebasan, keselamatan serta keamanan semua orang tanpa diskriminasi. Selain itu pemerintah Myanmar didesak untuk menyediakan akses kemanusiaan yang aman, tanpa hambatan dan berkelanjutan ke badan-badan PBB dan mitra mereka serta organisasi non-pemerintah domestik dan internasional lainnya.

Baca: ICC Selidiki Kejahatan Kemanusiaan Presiden Rodrigo Duterte

Resolusi itu diterima mayoritas anggota Dewan HAM PBB di Jenewa, Swiss pada Jumat pekan lalu dengan 135 negara memberikan suara mendukung, 26 abstain dan 10 negara menentang.

Resolusi ini juga mengakui upaya pemerintah Myanmar untuk mempersiapkan kembalinya para pengungsi Rohingya secara sukarela dan pengakuan oleh militer Myanmar untuk pertama kalinya terkait pembunuhan di luar hukum terhadap 10 warga desa Rohingya di desa Inn Din di Rakhine utara.

Menurut pernyataan PBB, Filipina, tidak mendukung misi pencari fakta internasional karena itu didasarkan pada asumsi yang salah bahwa proses investigasi domestik tidak independen dan kredibel.

Advertising
Advertising

Namun Filipina tetap menyatakan dukungan untuk penyediaan bantuan kemanusiaan, dan mendesak masyarakat internasional untuk lebih membantu Myanmar dan Bangladesh.

Baca: Duterte: Berantas Kekerasan tanpa Dibatasi Hukum

Menanggapi sikap Filipina tersebut, Tom Villarin, anggota majelis rendah Kongres, mengatakan Manila memiliki pandangan yang rabun tentang krisis Rohingya, yang bersifat regional dan menuntut tanggapan regional.

"Jelas bahwa proses investigasi domestik telah diketahui ingin mendapat misi pencari fakta independen," katanya kepada Arab News.

“Sebagai Ketua ASEAN (Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara), Filipina (Filipina) gagal menjalankan perannya dengan berpegang pada kebijakan non-interferensi yang tidak relevan,” katanya.

Menurutnya penolakan Filipina lebih karena Presiden Rodrigo Duterte juga menghadapi pengawasan internasional atas pelanggaran HAM dalam perang melawan obat-obatan terlarang.

Berita terkait

Perkuat Timnas Filipina, Pelatih Tom Saintfiet Mulai Cari Pemain Keturunan di Eropa

1 hari lalu

Perkuat Timnas Filipina, Pelatih Tom Saintfiet Mulai Cari Pemain Keturunan di Eropa

Pelatih Timnas Filipina, Tom Saintfiet, berburu amunisi tambahan untuk menghadapi dua laga pamungkas Kualifikasi Piala Dunia 2026.

Baca Selengkapnya

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

1 hari lalu

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

Sejumlah negara sedang mengalami cuaca panas ekstrem. Mana saja yang sebaiknya tak dikunjungi?

Baca Selengkapnya

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

2 hari lalu

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

Manila menuduh penjaga pantai Cina telah memancing naiknya ketegangan di Laut Cina Selatan setelah dua kapalnya rusak ditembak meriam air

Baca Selengkapnya

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

3 hari lalu

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

Asia alamai dampak krisis perubahan iklim. Beberapa negara dilanda cuaca panas ekstrem. Ada yang mencapai 48,2 derajat celcius.

Baca Selengkapnya

5 Negara Asia Tenggara Dilanda Gelombang Panas, Indonesia Diserang DBD

4 hari lalu

5 Negara Asia Tenggara Dilanda Gelombang Panas, Indonesia Diserang DBD

Negara-negara Asia Tenggara tengah berjuang melawan gelombang panas yang mematikan tahun ini.

Baca Selengkapnya

Bukan Hanya Malaysia , 3 Negara Asia Tenggara ini Pernah Lakukan Pencurian Ikan di Indonesia

5 hari lalu

Bukan Hanya Malaysia , 3 Negara Asia Tenggara ini Pernah Lakukan Pencurian Ikan di Indonesia

Sejumlah nelayan dari negara tetangga beberapa kali terlibat pencurian ikan di perairan Indonesia

Baca Selengkapnya

Filipina Pastikan Belum Ada Kata Sepakat dengan Beijing soal Laut Cina Selatan

6 hari lalu

Filipina Pastikan Belum Ada Kata Sepakat dengan Beijing soal Laut Cina Selatan

Filipina menyangkal klaim Beijing yang menyebut kedua negara telah mencapai kata sepakat terkait sengketa Laut Cina Selatan

Baca Selengkapnya

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

7 hari lalu

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

KKP meringkus satu kapal ikan asing ilegal berbendera Malaysia saat kedapatan menangkap ikan di Selat Malaka.

Baca Selengkapnya

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

9 hari lalu

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

Tentara Pembebasan Nasional Karen memutuskan menarik pasukannya dari perbatasan Thailand setelah serangan balasan dari junta Myanmar.

Baca Selengkapnya

Jenderal Myanmar Menghilang Setelah Serangan Pesawat Tak Berawak

10 hari lalu

Jenderal Myanmar Menghilang Setelah Serangan Pesawat Tak Berawak

Wakil Ketua Junta Myanmar menghilang setelah serangan drone. Ia kemungkinan terluka.

Baca Selengkapnya