Pasca Duterte Keluar ICC, Polisi Tembak Mati 13 Pengedar Narkoba
Reporter
Non Koresponden
Editor
Budi Riza
Kamis, 22 Maret 2018 13:53 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Polisi Filipina menembak mati 13 pengedar dan bandar narkoba pada Rabu, 21 Maret 2018, seusai Presiden Rodrigo Duterte memerintahkan perang narkoba dilanjutkan.
Operasi ini terjadi setelah pada akhir pekan lalu Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, mengatakan dia akan menuntaskan operasi antinarkoba, yang telah menelan korban jiwa sekitar 4000 orang berdasarkan data pemerintah. Polisi juga menangkap sekitar 100 orang dalam 60 operasi anti-narkoba di Bulacan.
Baca: Petinggi PBB Minta Presiden Duterte Tes Kejiwaan, Ada Apa?
Namun, para penggiat HAM dan lembaga independen menduga jumlah korban tewas mencapai sekitar 7000 orang. Duterte juga berulang kali menolak jurisdiksi Pengadilan Kriminal Internasional (ICC), yang mulai menyelidiki kebijakannya yang kontroversial dan dituding sebagai kejahatan kemanusiaan. Dia bahkan menyatakan Filipina keluar dari ICC dan mengajak negara lain mengikutinya.
"Operasi ini bagian dari peningkatan operasi anti-narkoba dan segala macam bentuk kriminalitas di Provinsi Bulacan," kata Romeo Caramat, kepala polisi Bulacan, seperti dilansir Reuters, Kamis, 22 Maret 2018.
Baca: Pejabat PBB Sarankan Duterte Tes Kejiwaan, Menlu Filipina Berang
Pada Agustus 2017, polisi Filipina juga menembak mati 32 orang yang diduga menjadi bandar dan pengedar narkoba. Dan pada Februari lalu, sekitar 10 terduga bandar dan pengedar narkoba tewas dalam operasi penggerebekan malam di Bulacan.
Kali ini, polisi Bulacan mengatakan menggelar 60 operasi penggerebekan narkoba dengan taktik beli-tangkap atau penjebakan (sting) di sembilan kota di provinsi itu, yang terletak di Pulau Luzon.
"Sayangnya 13 orang tersangka tewas saat petugas menembak untuk membela diri setelah para pelaku yang membawa senjata mengetahui bahwa mereka sedang dijebak dan mulai menembak," kata Caramat.
Polisi menyita 19 senjata dan 250 paket narkoba dalam operasi yang berlangsung selama 24 jam.
Menurut media Philstar.com pada pekan lalu, Duterte mengatakan akan melanjutkan perang narkoba hingga kelar. "Saya harus menyelesaikan ini. Kerjakan saja tugasmu dan saya yang mengurus sisanya." Dia telah melarang polisi dan tentara untuk berbicara kepada tim investigasi dari ICC soal operasi pembunuhan para pelaku narkoba ini.
ICC mulai memeriksa kasus dugaan kejahatan kemanusiaan oleh Duterte setelah mendapat laporan dari pengacara Jude Sabio asal Filipina. Sabio melaporkan Duterte bertanggung-jawab atas kematian lebih dari 7000 orang tersangka bandar dan pengedar narkoba.