Pengungsi Rohingya Dipulangkan ke Myanmar Mulai 23 Januari 2018

Selasa, 16 Januari 2018 18:14 WIB

Ekspresi perempuan lansia pengungsi Rohingya saat melintasi sungai Naf River ketikat berada di perbatasan Bangladesh-Myanmar di Palong Khali, Cox's Bazar, Bangladesh, 1 November 2017. REUTERS/Adnan Abidi

TEMPO.CO, Jakarta -Pemerintah Bangladesh dan Myanmar sepakat pemulangan pengungsi Rohingya dilakukan dalam kurun waktu 2 tahun, terhitung mulai 23 Januari 2018.

Kesepakatan kedua negara bertetangga ini disampaikan lewat pernyataan resmi Kementerian Luar Negeri Bangladesh, seperti dikutip dari Reuters, 16 Januari 2018.

Baca: UNHCR: Rakhine Belum Aman, Rohingya Belum Boleh Dipulangkan

Myanmar, menurut pernyataan itu, akan menyediakan tempat tinggal sementara bagi pengungsi Rohingya yang pulang sebelum ruamh mereka dibangun kembali.

Bangladesh akan mendirikan lima kamp transit dalam proses pemulangan pengungsi Rohingya dengan dua pusat penerimaan di lahan Myanmar yang terletak di perbatasan Bangladesh.

Sejumlah umat Muslim dan Hindu memang lilin saat mengikuti doa bersama lintas agama di Yangon, Myanmar, 31 Oktober 2017. Warga dari berbagai agama menggelar doa bersama untuk mendukung penanganan krisis Rohingya yang dilakukan pemimpin mereka, Aung San Suu Kyi. AFP Photo

"Myanmar telah menegaskan kembali komitmennya untuk menghentikan warga Myanmar masuk ke Bangladesh," ujar pernyataan Kementerian Luar Negeri Bangladesh itu.

Baca: 15 LSM Global Boikot Kamp Pengungsi untuk Rohingya di Myanmar

Advertising
Advertising

Pemulangan kembali juga diberlakukan bagi anak yatim piatu dan anak-anak yang lahir akibat kejahatan pemerkosaan.

Myanmar belum memberikan pernyataan apapun mengenai hasil pertemuan yang rampung pada 16 Januari 2018.

Direktur Jenderal Kementerian Kesejahteraan Sosial, Pemulihan dan Pemulangan Myanmar, Ko Ko Naing menjelaskan melalui telepon kepada Reuters bahwa dalam pertemuan yang diadakan di Naypyitaw, ibukota Myanmar, 16 Januari 2018, pihak Myanmar telah meneken kesepakatan dengan Bangladesh mengenai proses pemulangan yang dimulai 23 Januari 2018.

Pejabat di Kementerian Tenaga kerja, Imigrasi dan Populasi, Myint Kyaing menjelaskan, Myanmar akan memulai proses pemulangan dengan sedikitnya 150 orang lewat dua kamps pada 23 Januari mendatang.

Baca: MSF: 6.700 Rohingya Tewas di Myanmar

Sejumlah aktivis kemanusiaan meragukan proses repatriasi ini. Mereka mengkhawatirkan keselamatan para pengungsi Rohingya di dua kamp yang akan dibangun Myanmar karena kondisinya dianggap seperti penjara ketimbang rumah penampungan.

Selain itu, pihak militer Myanmar dirucigai akan melakukan tekanan kepada para pengungsi Rohingya. Pengungsi Rohingya tidak mempercayai militer Myanmar dan lebih memilih tetap tinggal di kamp pengungsi di Bangladesh.

"Bahkan andaipun saya tidak makan atau yang lainnya di sini, setidaknya saya aman di sini. Saya tidak merasa akan jika saya kembali ke Myanmar," kata Rashid Ahmed, 33 pengungsi Rohingya.

Berita terkait

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

2 hari lalu

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

Sejumlah negara sedang mengalami cuaca panas ekstrem. Mana saja yang sebaiknya tak dikunjungi?

Baca Selengkapnya

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

3 hari lalu

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

Asia alamai dampak krisis perubahan iklim. Beberapa negara dilanda cuaca panas ekstrem. Ada yang mencapai 48,2 derajat celcius.

Baca Selengkapnya

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

8 hari lalu

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

KKP meringkus satu kapal ikan asing ilegal berbendera Malaysia saat kedapatan menangkap ikan di Selat Malaka.

Baca Selengkapnya

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

9 hari lalu

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

Tentara Pembebasan Nasional Karen memutuskan menarik pasukannya dari perbatasan Thailand setelah serangan balasan dari junta Myanmar.

Baca Selengkapnya

Jenderal Myanmar Menghilang Setelah Serangan Pesawat Tak Berawak

10 hari lalu

Jenderal Myanmar Menghilang Setelah Serangan Pesawat Tak Berawak

Wakil Ketua Junta Myanmar menghilang setelah serangan drone. Ia kemungkinan terluka.

Baca Selengkapnya

Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

12 hari lalu

Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

Ribuan warga etnis Rohingya yang mengungsi akibat konflik di Myanmar, berkumpul di perbatasan Myanmar-Bangladesh untuk mencari perlindungan

Baca Selengkapnya

Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

12 hari lalu

Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

Maung Zarni, aktivis hak asasi manusia dan pakar genosida asal Myanmar, dinominasikan Hadiah Nobel Perdamaian 2024, oleh penerima Nobel tahun 1976

Baca Selengkapnya

Pertempuran di Perbatasan Myanmar-Thailand, Pemberontak Targetkan Pasukan Junta

13 hari lalu

Pertempuran di Perbatasan Myanmar-Thailand, Pemberontak Targetkan Pasukan Junta

Pertempuran berkobar di perbatasan timur Myanmar dengan Thailand memaksa sekitar 200 warga sipil melarikan diri.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Iran Siap Hadapi Israel, Sejarah Kudeta di Myanmar

15 hari lalu

Top 3 Dunia: Iran Siap Hadapi Israel, Sejarah Kudeta di Myanmar

Top 3 dunia adalah Iran siap menghadapi serangan Israel, sejarah kudeta di Myanmar hingga Netanyahu mengancam.

Baca Selengkapnya

Menilik Jejak Sejarah Kudeta Junta Militer Di Myanmar

16 hari lalu

Menilik Jejak Sejarah Kudeta Junta Militer Di Myanmar

Myanmar, yang dulunya dikenal sebagai Burma itu telah lama dianggap sebagai negara paria ketika berada di bawah kekuasaan junta militer yang menindas.

Baca Selengkapnya