Israel Ultimatum Imigran Afrika: Keluar atau Dipenjara

Rabu, 3 Januari 2018 10:30 WIB

Sejumlah imigran Afrika, menyilangkan tangan mereka saat melakukan protes di Kedutaan Besar AS di Tel Aviv (9/1). Mereka menuntut kebebasan bagi rekan-rekan dipenjara oleh Israel. REUTERS/Baz Ratner

TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Israel telah mengeluarkan peringatan bagi ribuan imigran Afrika untuk meninggalkan negara tersebut atau menghadapi hukuman penjara.

Keputusan Israel yang diprotes oleh kelompok hak asasi manusia, telah dispekulasi selama berbulan-bulan mengenai masa depan imigran dan fasilitas penahanan Holot di gurun Negev, yang menurut pemerintah Israel akan ditutup.

Baca: Begini Langkah Israel Kuasai Yerusalem dan Usir Palestina

Untuk memuluskan pemulangan seluruh imigran Afrika, pemerintah Israel menawarkan uang kompensasi sebesar US$ 3500 atau Rp 47,2 juta. Mereka diberi batas waktu 90 hari atau akan berakhir di April 2018.

Seperti yang dilansir Guardian pada 2 Januari 2018, para imigran yang mayoritas berasal dari dari Eritrea dan Sudan akan diberi pilihan untuk pergi ke negara asal mereka atau negara ketiga.

Baca: Parlemen Israel Loloskan RUU Yerusalem, Warga Palestina Diusir

Jika tidak segera pergi, pihak berwenang Israel telah mengancam akan memenjarakan mereka terhitung mulai April tahun ini.

Advertising
Advertising

Rincian rencana tersebut diungkapkan minggu ini dalam sebuah pernyataan oleh menteri dalam negeri Israel, Arye Deri, dan menteri keamanan publik, Gilad Erdan. Mereka mengatakan, imigran hanya memiliki "dua pilihan saja: deportasi sukarela atau duduk di penjara."

Menanggapi seruan itu, Badan pengungsi PBB menyatakan, rencana kontroversial Israel telah melanggar hukum internasional. Namun, pemerintah Israel mengatakan bahwa pemulangan itu manusiawi dan dilakukan secara sukarela.

Baca: Israel Mengadili Ahed Tamimi, Icon Perlawanan Palestina Awal 2018

Pencari suaka Afrika, memasuki Israel secara tidak sah selama beberapa tahun terakhir. Juru bicara Otoritas Kependudukan dan Imigrasi Israel mengatakan, saat ini ada 40 ribu imigran ilegal asal Afrika di Israel, di antaranya hanya 1.420 yang ditahan di fasilitas penahanan. Mereka datang ke Israel untuk mencari suaka setelah melarikan diri dari penganiayaan dan konflik, namun pihak berwenang menganggap mereka sebagai imigran ekonomi.

Israel menggunakan istilah "penyusup" untuk menggambarkan orang-orang yang tidak memasuki negara tersebut melalui perbatasan resmi.

Berita terkait

Pembicaraan Damai Hamas dan Israel Dimulai Lagi

1 jam lalu

Pembicaraan Damai Hamas dan Israel Dimulai Lagi

Hamas tak berharap banyak pada pembicaraan damai kali ini karena Israel masih bersikukuh pada sikapnya yang tak mau mengakhiri perang Gaza.

Baca Selengkapnya

Top 3 Tekno: Kenaikan UKT, Proyek Google untuk Israel, Polusi Udara dan Cina

3 jam lalu

Top 3 Tekno: Kenaikan UKT, Proyek Google untuk Israel, Polusi Udara dan Cina

Berita tentang kenaikan UKT di ITB masih mengisi Top 3 Tekno Berita Terkini.

Baca Selengkapnya

Mahasiswa Irlandia Berkemah di Trinity College Dublin untuk Protes Pro-Palestina

4 jam lalu

Mahasiswa Irlandia Berkemah di Trinity College Dublin untuk Protes Pro-Palestina

Mahasiswa Irlandia mendirikan perkemahan di Trinity College Dublin untuk memprotes serangan Israel di Gaza.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: India Tak Terima Tuduhan Xenofobia Biden Hingga Gencatan Senjata Gaza

6 jam lalu

Top 3 Dunia: India Tak Terima Tuduhan Xenofobia Biden Hingga Gencatan Senjata Gaza

Berita Top 3 Dunia pada Sabtu 4 Mei 2024 diawali penolakan India soal tudingan xenofobia oleh Presiden AS Joe Biden

Baca Selengkapnya

Cara Kerja Teknologi Pengintai Asal Israel yang Masuk Indonesia: Palsukan Situs Berita

14 jam lalu

Cara Kerja Teknologi Pengintai Asal Israel yang Masuk Indonesia: Palsukan Situs Berita

Sejumlah perusahaan asal Israel diduga menjual teknologi pengintaian atau spyware ke Indonesia. Terungkap dalam investigasi gabungan Tempo dkk

Baca Selengkapnya

AS: Israel Belum Sampaikan Rencana Komprehensif Soal Invasi Rafah

16 jam lalu

AS: Israel Belum Sampaikan Rencana Komprehensif Soal Invasi Rafah

Israel belum menyampaikan kepada pemerintahan Presiden Amerika Serikat Joe Biden ihwal "rencana komprehensif" untuk melakukan invasi terhadap Rafah.

Baca Selengkapnya

AJI Jakarta Ikut Tolak Project Cloud Google untuk Israel, Ini Alasannya

17 jam lalu

AJI Jakarta Ikut Tolak Project Cloud Google untuk Israel, Ini Alasannya

AJI Jakarta dengungkan boikot terhadap project cloud yang dikerjakan Google untuk Israel. Momentumnya diselarasakan dengan Hari Buruh 1 Mei.

Baca Selengkapnya

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

22 jam lalu

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

Pejabat senior Hamas mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berupaya menggagalkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

Investigasi Tempo Ungkap Perusahaan Israel Diduga Pasok Spyware ke Indonesia sejak 2017

23 jam lalu

Investigasi Tempo Ungkap Perusahaan Israel Diduga Pasok Spyware ke Indonesia sejak 2017

Empat perusahaan Israel diduga memasok spyware dan surveillance ke Indonesia sepanjang 2017-2023. Polri jadi salah satu sasaran target pengguna.

Baca Selengkapnya

Israel Berencana Usir Warga Palestina dari Rafah ke Pantai Gaza

1 hari lalu

Israel Berencana Usir Warga Palestina dari Rafah ke Pantai Gaza

Israel berencana mengusir warga Palestina keluar dari Kota Rafah di selatan Gaza ke sebidang tanah kecil di sepanjang pantai Gaza

Baca Selengkapnya