Donald Trump Dukung Korea Selatan Kembangkan Rudal Besar

Reporter

Budi Riza

Selasa, 14 November 2017 21:04 WIB

Revisi jangkauan dan muatan rudal ini disetujui Amerika Serikat, setelah Korea Utara beberapa kali melakukan peluncuran rudal. Korea Selatan sukses meluncurkan Hyunmoo 2C, pada 6 April 2017. Dengan jangkauan 800 km, Hyunmoo 2C dapat menghancurkan target di seluruh Korea Utara. Defense Ministry/Yonhap/via REUTERS

TEMPO.CO, Jakarta - Kunjungan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menjadi kabar gembira bagi pengembangan rudal besar Korea Selatan. Trump tiba ke Korea Selatan dari kunjungan tiga hari di Jepang untuk membahas ancaman Korea Utara.

Kepada Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in, dalam jumpa pers bersama Selasa, 7 Nopember 2017, Trump mengatakan,"Amerika Serikat siap mempertahankan dirinya dan sekutunya menggunakan berbagai macam kemampuan militer yang diperlukan."

Baca: Donald Trump Kirim Utusan ke Korea Selatan Bahas Korea Utara

Menanggapi ini, Moon mengatakan pembicaraan keduanya mengenai ancaman serangan nuklir Korea Utara berlangsung seru. Dia mengaku setuju dengan penambahan pasukan militer AS di negara itu. "Kedua negara harus mempertahankan sikap yang kuat terhadap ancaman Korea Utara."

Advertising
Advertising

Baca: Donald Trump: Saya Tidak Menyalahkan Cina


AS memiliki hubungan militer yang dekat dengan Korea Selatan. Ini terlihat dengan adanya pangkalan militer Camp Humphreys, yang menaungi sebagian dari sekitar 30 ribu pasukan AS di negeri ginseng itu.
Sejauh ini AS telah memasang beberapa sistem antirudal THAAD di perbatasan Korea Selatan dan Utara. THAAD merupakan singkatan dari Terminal High-Altitude Area Defence, yang diklaim sebagai sistem pencegat serangan rudal terbaik dunia.

Mirip seperti rudal Standard Missile 3 (SM-3) Block 2A, yang diperuntukkan bagi kapal perang Jepang dan AS, rudal THAAD ini menyasar rudal balistik musuh dengan menggunakan sistem pelacak inframerah. Begitu terkunci, maka rudal THAAD akan menabrak rudal musuh menggunakan kekuatan kinetis atau gerakan melesatnya hingga hancur.


Pertimbangan sistem ini dibuat adalah untuk meminimalkan ledakan akibat meledaknya hulu ledak dari rudal musuh saat ditabrak THAAD. Ini diharapkan bisa mencegah meledaknya hulu ledak nuklir jika rudal THAAD berhasil mengenai sasarannya, seperti rudal Hwasong-14 milik Korea Utara yang bisa dipasangi hulu ledak nuklir.

Ilustrasi Rudal balistik Hwasong 14. KCNA


Rudal ini memiliki berat sekitar satu ton dengan panjang sekitar enam meter. Rudal ini mampu melesat sejauh sekitar 200 kilometer dengan kecepatan 8,24 mach atau delapan kali kecepatan suara.


Satu paket baterai THAAD memiliki enam peluncur rudal dan dipasangkan pada sebuah truk besar untuk memudahkan mobilisasi. Ada stok 48 rudal, radar AN/TPY-2 dan fasilitas komunikasi untuk setiap sistem THAAD.
Sistem ini dikembangkan Lockheed Martin, perusahaan militer swasta AS yang juga membuat pesawat tempur F-35 siluman.

Ide pembuatannya berdasarkan peristiwa perang Teluk pada 1991 ketika pasukan Irak membombardir pasukan sekutu pimpinan AS dengan rudal Scud. Saat itu AS menjatuhkan sejumlah rudal Scud Irak menggunakan rudal patriot, yang melesat dilengkapi dengan hulu ledak.


Lockheed juga mengembangkan THAAD ini menggunakan masukan dari BAE System, yang merupakan perusahaan militer asal Inggris.
Militer AS dan Korea Selatan bersepakat untuk memasang tambahan empat sistem dari sebelumnya hanya dua sistem THAAD di sebuah lapangan golf di utara Provinsi Gyeongsang. Namun penduduk lokal memprotes ini karena mereka merasa khawatir daerah tempat tinggal mereka akan menjadi sasaran serangan balik dari militer Korea Utara.


Pemerintah Cina juga menyatakan protes keras dengan bertambahnya sistem rudal THAAD yang digelar. Ini karena sistem radar canggih yang terpasang dan terintegrasi dengan sistem rudal ini mampu memonitor pergerakan militer di wilayah sangat luas hingga sampai ke dalam perbatasan wilayah Cina.


Militer Korea Selatan sebenarnya sedang mengembangkan sistem rudal darat ke udara untuk jarak panjang. Namun perkembangan ancaman Korea Utara membuat negara ini mengadopsi sistem THAAD besutan Lockheed Martin, yang telah siap digunakan.


Dalam pertemuan dengan Presiden Trump, Presiden Moon juga berhasil mendapat dukungan untuk mengembangkan hulu ledak rudal melebihi 800 kilogram, yang sebelumnya menjadi batasan. Dengan dibukanya batasan ini, Korea Selatan berencana membuat rudal dengan berat hingga dua ton, yang dirancang untuk menyerang pusat-pusat militer dan pemerintahan Korea Utara jika perang terbuka terjadi.


Militer Korea Selatan memang sedang menggarap rudal Hyunmoo IV, yang dijuluki rudal Frankenmissile. Ini merupakan rudal darat ke darat, yang dirancang untuk menghancurkan posisi arteleri pasukan Korea Utara massal. Ini karena rudal ini cukup canggih sehingga memiliki akurasi serangan yang tinggi termasuk dalam menyasar basis-basis rudal balistik Korea Utara.


TELEGRAPH | USA TODAY |CNN

Berita terkait

Donald Trump Memuji Penggerebekan Unjuk Rasa Pro-Palestina oleh Polisi New York

2 hari lalu

Donald Trump Memuji Penggerebekan Unjuk Rasa Pro-Palestina oleh Polisi New York

Donald Trump memuji polisi New York yang menggerebek unjuk rasa pro-Palestina di Universitas Columbia.

Baca Selengkapnya

Terancam Dipenjara, Trump Dijatuhi Denda Rp146 Juta karena Langgar Perintah Pembungkaman

3 hari lalu

Terancam Dipenjara, Trump Dijatuhi Denda Rp146 Juta karena Langgar Perintah Pembungkaman

Hakim yang mengawasi persidangan pidana uang tutup mulut Donald Trump mendenda mantan presiden Amerika Serikat itu sebesar US$9.000 atau karena Rp146

Baca Selengkapnya

Aktivis Lingkungan Aeshnina ke Kanada Minta Justin Trudeau Hentikan Ekspor Sampah Plastik ke Indonesia

12 hari lalu

Aktivis Lingkungan Aeshnina ke Kanada Minta Justin Trudeau Hentikan Ekspor Sampah Plastik ke Indonesia

Aktivis lingkungan Aeshnina Azzahra Aqilani co Captain Riverin minta PM Kanada Justin Trudeau hentikan impor sampah plastik ke Indonesia.

Baca Selengkapnya

Donald Trump Salahkan Joe Biden atas Serangan Iran ke Israel

18 hari lalu

Donald Trump Salahkan Joe Biden atas Serangan Iran ke Israel

Donald Trump menilai saat ini adanya kurangnya kepemimpinan Joe Biden hingga membuat Tehran semakin berani

Baca Selengkapnya

Trump Tolak Undangan Zelensky, Menilai Tak Pantas Kunjungi Ukraina

23 hari lalu

Trump Tolak Undangan Zelensky, Menilai Tak Pantas Kunjungi Ukraina

Bekas Presiden AS Donald Trump menolak undangan Presiden Volodymyr Zelensky untuk menyambangi Ukraina.

Baca Selengkapnya

Berusia 75 Tahun, NATO Hadapi Sejumlah Ancaman, Termasuk Trump

29 hari lalu

Berusia 75 Tahun, NATO Hadapi Sejumlah Ancaman, Termasuk Trump

Sekjen NATO mendesak Amerika Serikat tetap bersatu dengan Eropa, meski seandainya Donald Trump kembali berkuasa di Gedung Putih

Baca Selengkapnya

Joe Biden Vs Donald Trump, Dua Lelaki Gaek Berebut Kursi Presiden AS

32 hari lalu

Joe Biden Vs Donald Trump, Dua Lelaki Gaek Berebut Kursi Presiden AS

Joe Biden 81 tahun dan Donald Trump 78 tahun akan bertarung di kontestasi pemilihan Presiden AS di usia yang tak lagi muda.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Tanding Ulang Joe Biden vs Donald Trump, Kekecewaan Keturunan Arab di AS

34 hari lalu

Top 3 Dunia: Tanding Ulang Joe Biden vs Donald Trump, Kekecewaan Keturunan Arab di AS

Top 3 dunia adalah Joe Biden akan bertanding ulang melawan Donald Trump di Pilpres AS hingga masyarakat Arab di Amerika Serikat kecewa.

Baca Selengkapnya

Saling Serang Calon Presiden AS: Joe Biden Ungkit Pemutih sebagai Obat, Donald Trump: Jika Tak Menang, Demokrasi Berakhir

35 hari lalu

Saling Serang Calon Presiden AS: Joe Biden Ungkit Pemutih sebagai Obat, Donald Trump: Jika Tak Menang, Demokrasi Berakhir

Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, menyindir Donald Trump, yang akan menjadi pesaingnya lagi dalam pemilihan presiden AS yang akan datang pada bulan November.

Baca Selengkapnya

Tanding Ulang Joe Biden Vs Donald Trump, Begini Sistem Pemilu Presiden di Amerika Serikat

35 hari lalu

Tanding Ulang Joe Biden Vs Donald Trump, Begini Sistem Pemilu Presiden di Amerika Serikat

Pada pemilihan Presiden AS, Joe Biden akan tanding ulang dengan Donald Trump. Bagaimana sistem pemilu di Amerika Serikat?

Baca Selengkapnya