Dikritik Anggota Parlemen Uni Eropa, Duterte Meradang
Reporter
Terjemahan
Editor
Budi Riza
Senin, 16 Oktober 2017 07:15 WIB
TEMPO.CO, Manila – Pernyataan keras terakhir Presiden Filipina Rodrigo Duterte keluar setelah sebuah survei menunjukkan tingkat dukungan publik menurun ditengah kritik Uni Eropa mengenai cara perang antinarkoba, yang digelar pemerintah negara itu.
Ini terjadi ditengah banyaknya kritik terhadap cara Duterte menangani para pengedar dan pecandu narkoba lewat pembunuhan oleh polisi dan militer. Publik juga mempertanyakan mengenai asal dari jumlah kekayaannya yang melimpah.
Baca: Uni Eropa Tolak Kemerdekaan Catalonia
Survei oleh The Social Weather Stations menunjukkan dukungan terhadap Duterte turun 18 poin menjadi 48 dari sebelumnya 66.
“Pemimpin labil ini juga meradang karena kritik dari sekelompok anggota legislatif Eropa mengenai pembunuhan para pengedar narkoba,” tulis media ABC News, Sabtu, 14 Oktober 2017.
Baca:Alasan Uni Eropa Jatuhkan Denda USD 1 Miliar ke Google
Duterte mengancam akan segera memulangkan duta besar Eropa ke rumah mereka masing-masing setelah menuduh negara-negara dari Benua Biru itu merencanakan pengucilan Manila di PBB. Dia mengatakan ini dalam dalam sebuah wawancara televisi yang berapi-api pada Kamis lalu.
Juru bicara Duterte, Ernesto Abella, mengeluarkan sebuah pernyataan pada Kamis malam, yang mengkonfirmasikan ancaman pengusiran itu namun kemudian menjelaskan itu tidak akan terjadi.
"Tidak ada perintah untuk melakukan itu," kata Abella, seperti yang dilansir The Star pada 14 Oktober 2017.
Abella mengatakan Duterte menangapi pernyataan sekelompok anggota Dewan Perwakilan Rakyat asal Eropa yang tergabung dalam Aliansi Progresif dan Partai Sosialis Eropa.
Para anggota legislatif ini melakukan jumpa pers pada awal pekan lalu dan meminta Duterte menghentikan pembunuhan terhadap para pengedar narkoba. Operasi antinarkoba ini telah membunuh sekitar 3800 orang dalam 15 bulan sejak Duterte menjabat sebagai Presiden.
Duterte mengira mereka ini sebagai perwakilan misi Uni Eropa. "Pada dasarnya dia (Duterte) bereaksi terhadap apa yang dia baca," kata Abella "Jadi presiden Duterte bereaksi seperti umumnya pemimpin dunia ketika merasa kedaulatan nasional dilanggar.”
CNN | GUARDIAN | THE STAR | YON DEMA | BUDIRIZA