Myanmar Janji Palsu ke PBB dan Media, Begini Kisahnya

Reporter

Yon Yoseph

Editor

Budi Riza

Jumat, 29 September 2017 08:15 WIB

Aung San Suu Kyi. ndtv.com

TEMPO.CO, Yangon - Pemerintah Myanmar yang sempat mengizinkan badan-badan PBB, diplomat dan wartawan asing untuk memasuki wilayah Rakhine yang bergejolak dibawah pengawalan ketat, tiba-iba membatalkan secara sepihak. Kunjungan tersebut merupakan yang pertama sejak eksodus besar-besaran Muslim Rohingya dari Rakhine ke Bangladesh.

Baca: Organisasi HAM: 11 Ribu Warga Rohingya di Myanmar Kelaparan

PBB telah menuntut akses sejak organisasi kemanusiaannya dipaksa untuk menarik diri dari Rakhine ketika militer Myanmar melancarkan operasi terhadap pemberontak Rohingya pada akhir Agustus. Ini menyebabkan ratusan ribu minoritas Muslim Rohingya melarikan diri ke negara tetangga Bangladesh.

Seperti yang dilansir Straits Times pada 28 September 2017, juru bicara PBB di Yangon mengatakan kunjungan tersebut telah dibatalkan, namun tidak ada alasan untuk keputusan tersebut.

Baca: Krisis Rohingya, Hikmahanto: Myanmar Bisa Kena Sanksi Ekonomi

Advertising
Advertising

Sebelumnya, juru bicara PBB Stephane Dujarric mengatakan sebelumnya sebuah perjalanan yang diselenggarakan oleh pemerintah telah dijadwalkan berlangsung pada Kamis, 28 September 2017.

"Kami berharap di atas semua itu merupakan langkah awal menuju akses yang lebih bebas dan lebih luas ke daerah tersebut," katanya . Dia mengatakan bahwa kepala badan PBB akan ikut dalam perjalanan itu.

PBB telah menyusun sebuah rencana darurat untuk memberi makan 700.000 pengungsi Rohingya dari Myanmar, dan memperingatkan bahwa mereka yang melarikan diri tidak akan segera pulang ke rumah.

"Semua badan PBB bersama-sama sekarang telah menetapkan rencana untuk masuknya 700.000 baru. Kami dapat mencakup jika arus masuk baru mencapai 700.000," kata wakil kepala Program Pangan Dunia di Bangladesh, Dipayan Bhattacharyya, pada hari Rabu.

Kepala badan pengungsi PBB Filippo Grandi mengatakan bahwa bagi mereka yang telah melarikan diri ke Bangladesh, "kembali akan memakan waktu, jika kekerasan berhenti."

Militer Myanmar, pada hari Rabu menyelenggarakan tur pers di desa Hindu Ye Baw Kyaw.

Kuburan massal yang berisi 45 penduduk desa Hindu ditemukan di daerah awal pekan ini, dan militer menuduh gerilyawan Rohingya melakukan pembantaian tersebut.

Arakan Rohingya Salvation Army (ARSA) "secara kategoris" membantah bahwa anggotanya "melakukan pembunuhan, kekerasan seksual, atau rekrutmen paksa" di wilayah tersebut.

Tentara Myanmar telah mencoba mengendalikan narasi mengenai krisis kemanusiaan ini, membatasi akses media ke zona konflik saat menyalahkan militan Rohingya atas pertumpahan darah tersebut.

Laporan pemerintah dan militer juga berusaha menyoroti penderitaan kelompok etnis lain, seperti penganut Buddha Rakhine dan Hindu, tersapu dalam kerusuhan komunal.

Kekerasan terbaru telah meningkatkan kebencian religius yang telah berlangsung lama dan dipersulit oleh kisah saingan dari berbagai kelompok etnis.

Dewan Keamanan PBB juga dijadwalkan bertemu mengenai situasi di Myanmar pada hari Kamis.

Pada tanggal 13 September, dewan itu meminta "langkah segera" untuk mengakhiri kekerasan di Myanmar dan menyatakan keprihatinannya tentang "kekuatan yang berlebihan" yang digunakan oleh militer.

Dewan juga meminta pemerintah Myanmar untuk mematuhi komitmennya untuk memfasilitasi bantuan kemanusiaan di Rakhine, namun sampai saat ini permintaan tersebut belum terpenuhi.

Kelompok Rohingya, kelompok tanpa kewarganegaraan terbesar di dunia, diperlakukan sebagai orang asing di Myanmar, yang populasinya 90 persen beragama Buddha.

CHANNEL NEWS ASIA|SOUTH CHINA MORNING POST|YON DEMA

Berita terkait

Kelompok Perlawanan Myanmar Klaim Tangkap Ratusan Aggota Junta Militer

11 hari lalu

Kelompok Perlawanan Myanmar Klaim Tangkap Ratusan Aggota Junta Militer

Tentara Arakan atau Arakan Army menyatakan telah menangkap ratusan anggota junta Myanmar.

Baca Selengkapnya

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

16 hari lalu

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

Sejumlah negara sedang mengalami cuaca panas ekstrem. Mana saja yang sebaiknya tak dikunjungi?

Baca Selengkapnya

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

17 hari lalu

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

Asia alamai dampak krisis perubahan iklim. Beberapa negara dilanda cuaca panas ekstrem. Ada yang mencapai 48,2 derajat celcius.

Baca Selengkapnya

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

22 hari lalu

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

KKP meringkus satu kapal ikan asing ilegal berbendera Malaysia saat kedapatan menangkap ikan di Selat Malaka.

Baca Selengkapnya

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

24 hari lalu

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

Tentara Pembebasan Nasional Karen memutuskan menarik pasukannya dari perbatasan Thailand setelah serangan balasan dari junta Myanmar.

Baca Selengkapnya

Jenderal Myanmar Menghilang Setelah Serangan Pesawat Tak Berawak

24 hari lalu

Jenderal Myanmar Menghilang Setelah Serangan Pesawat Tak Berawak

Wakil Ketua Junta Myanmar menghilang setelah serangan drone. Ia kemungkinan terluka.

Baca Selengkapnya

Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

27 hari lalu

Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

Ribuan warga etnis Rohingya yang mengungsi akibat konflik di Myanmar, berkumpul di perbatasan Myanmar-Bangladesh untuk mencari perlindungan

Baca Selengkapnya

Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

27 hari lalu

Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

Maung Zarni, aktivis hak asasi manusia dan pakar genosida asal Myanmar, dinominasikan Hadiah Nobel Perdamaian 2024, oleh penerima Nobel tahun 1976

Baca Selengkapnya

Pertempuran di Perbatasan Myanmar-Thailand, Pemberontak Targetkan Pasukan Junta

28 hari lalu

Pertempuran di Perbatasan Myanmar-Thailand, Pemberontak Targetkan Pasukan Junta

Pertempuran berkobar di perbatasan timur Myanmar dengan Thailand memaksa sekitar 200 warga sipil melarikan diri.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Iran Siap Hadapi Israel, Sejarah Kudeta di Myanmar

29 hari lalu

Top 3 Dunia: Iran Siap Hadapi Israel, Sejarah Kudeta di Myanmar

Top 3 dunia adalah Iran siap menghadapi serangan Israel, sejarah kudeta di Myanmar hingga Netanyahu mengancam.

Baca Selengkapnya