TEMPO.CO, Paris - Perusahaan farmasi ISIS Pharmaceuticals sedang mempertimbangkan mengganti nama menyusul serangan teror di Paris pada Jumat, 13 November 2015. Serangan yang terjadi di Paris itu diketahui menyebabkan 129 orang tewas dan 352 terluka. Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) mengklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut.
ISIS Pharmaceuticals, seperti dilansir Business Insider, adalah sebuah perusahaan farmasi beraset US$ 7,2 miliar yang mengembangkan obat-obatan untuk mengobati beberapa penyakit, termasuk kanker dan jantung.
Wakil presiden ISIS Pharmaceuticals untuk urusan komunikasi perusahaan dan hubungan investor, D. Wade Walke, mengatakan kepada CNN Money bahwa serangan pada Jumat lalu itu sedikit membebani perusahaan dan mengakui perusahaannya yang diasosiasikan secara negatif dengan kelompok teroris tidak akan mendapatkan keuntungan dari waktu ke waktu.
Sebelumnya, hal berbeda disampaikan CEO Stanley Crooke saat berbicara kepada wartawan Jim Carmer dari CNBC dalam sebuah wawancara tahun lalu.
Crooke itu menuturkan, "Itu membuatku gila. Investor kami sudah sangat luas. Kami sudah menggunakan nama ISIS selama 25 tahun, dan kami merasa tidak harus menyerah untuk teroris ini dengan mengubah nama perusahaan kami. Mereka dapat mengubah nama mereka."
Kini segalanya tampak berbeda. Tidak ada di antara keduanya yang mengganti nama. Dan perusahaan itu tampaknya akan segera berganti nama meski masih disebut farmasi ISIS untuk sementara waktu.
BUSNIESS INSIDER | MECHOS DE LAROCHA
Baca juga:
Teror Paris: Inilah 5 Kejadian Baru yang Menegangkan!
ISIS Kelompok Teroris Terkaya Sepanjang Sejarah