Calon Presiden AS, Donald Trump berusaha tenang saat memegang seekor burung elang berumur 27 tahun dalam sesi pemotretan dengan Majalah TIME, 10 Desember 2015. Trump terpilih dalam salah satu nominasi Person of the Year versi Majalah TIME yang akhirnya memenangkan kanselir Jerman, Angela Merkel dalam nominasi tersebut. REUTERS/TIME Magazine
TEMPO.CO, London - Jutawan properti dari Amerika Serikat (AS), Donald Trump menjadi subjek utama perdebatan di Parlemen Inggris yang berlangsung pada Senin, 18 Januari 2016. Perdebatan yang berlangsung selama tiga jam itu dipicu oleh petisi publik yang telah memperoleh lebih 575 ribu tandatangan yang mendesak calon presiden kontroversial AS dari partai Republik itu dilarang memasuki Inggris.
Puluhan anggota parlemen tidak setuju dengan usul tersebut karena mereka berpendapat Trump harus diberi kesempatan untuk berkunjung ke Inggris dan dikritik atas idenya.
Namun, anggota parlemen oposisi mewakili partai Buruh, Jack Dromey menolak usulan itu dan mendesak larangan tersebut berlaku segera untuk Trump. "Trump memang bodoh dan orang yang bodoh tidak wajar diizinkan masuk ke negara ini," katanya dengan nada sinis, seperti dilansir Reuters pada 19 Januari 2016.
Sementara itu, anggota parlemen Partai Konservatif, Victoria Atkins turut menyebut saingan terdekat calon presiden dari Partai Demokrat, Hillary Clinton, itu sebagai 'gila' dan 'orang bodoh'.
Trump menyebabkan kemarahan global ketika melontarkan gagasan melarang umat Islam memasuki Amerika Serikat. Komentar itu muncul setelah 14 orang tewas dalam insiden penembakan di California oleh dua orang Muslim yang dikatakan FBI telah diradikalisasi.
Selain menggunakan retorika anti-Islam, Trump juga menggunakan sentimen berbau rasis dengan melabel imigran Meksiko sebagai pemerkosa dan pengedar narkoba.
Saling Serang Calon Presiden AS: Joe Biden Ungkit Pemutih sebagai Obat, Donald Trump: Jika Tak Menang, Demokrasi Berakhir
35 hari lalu
Saling Serang Calon Presiden AS: Joe Biden Ungkit Pemutih sebagai Obat, Donald Trump: Jika Tak Menang, Demokrasi Berakhir
Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, menyindir Donald Trump, yang akan menjadi pesaingnya lagi dalam pemilihan presiden AS yang akan datang pada bulan November.