EKSKLUSIF: Serunya Cerita Penggerebekan Teroris Paris
Editor
Widiarsi Agustina
Kamis, 19 November 2015 14:00 WIB
TEMPO.CO, Paris - Operasi penggerebekan teroris oleh kepolisian Prancis di kawasan Saint Denis, Paris Utara, Rabu subuh, 18 November 2015, cukup mencekam. Warga di sekitar persimpangan Rue de Corbillon, Paris, diminta tak ke luar rumah karena ada baku tembak oleh polisi dengan terduga jejaring pelaku teror.
Dua orang disebutkan tewas, termasuk seorang perempuan yang meledakkan diri. Tiga polisi terluka.
Angelo Estrada, 40 tahun, warga di sekitar Rue de Corbillon, mengaku kaget dengan suara tembakan pada Rabu subuh, sekitar pukul 04.30 waktu setempat atau pukul 10.30 WIB. Tak hanya sekali, tapi berentetan.
Suaranya keras terdengar dari arah belakang rumahnya. "Saya syok," kata Angelo kepada Tempo yang menemuinya di ujung Rue Republique, jalan yang paralel dengan Rue de Corbillon, Rabu, 18 November 2015.
Flat yang digerebek polisi dan diyakini menjadi tempat persembunyian orang-orang yang diduga terlibat dalam rangkaian teror Paris, Jumat malam sebelumnya, berada di persimpangan dua jalan itu.
Suara tembakan membuat Angelo terbangun. Ia membuka pintu, mencari tahu. Namun polisi yang berada di atas bangunan memberi tanda agar ia menutup lagi pintunya.
Semua tetangga tak ada yang ke luar rumah. Tembakan itu tak berhenti. Yang bisa dilakukan Angelo hanya diam di rumah. Agak siang, telepon rumahnya berdering. Ia mendapat telepon dari sekolah anaknya yang mengabarkan bahwa sekolah diliburkan hari itu.
SIMAK: Ternyata Teroris Paris Pernah Kunjungi Pesantren di Bandung
Angelo baru keluar dari rumah sekitar pukul 12.00. Rumahnya kebetulan berada di belakang bangunan yang paginya digerebek polisi. “Saya mau mencari rokok,” ujar bapak dua anak ini. “Saya perlu rokok.”
Cerita "seru" Rabu pagi itu juga dikisahkan beberapa bocah yang berlarian di sekitar Jalan Rue de Corbillon. “Rumah saya di belakang situ,” tutur bocah kelas V sekolah dasar yang mengaku bernama Denis, sambil menunjuk arah jalan yang paralel langsung dengan Rue de Corbillon.
Dia mengisahkan mendengar tembakan-tembakan ramai pagi harinya. Malah, bocah lainnya menirukan gerakan aparat menembak. “Tret... tret… tet…” Ia juga menirukan orang yang terkena tembak, dengan pura-pura akan menjatuhkan diri.
Bocah-bocah ini hari itu tak masuk sekolah. “Sekolah libur, tempat umum libur, juga Metro,” ucap Denis.
SIMAK: EKSKLUSIF TEMPO: Paris Melawan Takut di Bataclan
Hari itu, jalanan yang cukup dekat dengan Rue de Corbillon penuh orang. Ada wartawan, ada warga sekitar, juga ada orang-orang yang berdatangan dari jarak jauh. Mereka ingin menonton. “Kami penasaran melihat berita ini di televisi,” ujar Kanga, yang rumahnya sekitar 1 kilometer dari Rue de Corbillon.
Polisi menutup jalan di sekeliling lokasi penyergapan yang berada di ujung Rue de Corbillon. Bahkan Saint Denis sepanjang hari ini senyap. Jalanan sepi. Mobil yang lalu-lalang sangat sedikit. Padahal kawasan Saint Denis di pinggiran Paris ini merupakan kawasan perdagangan.
Namun, hari itu, Metro sempat tidak beroperasi. Taksi juga jarang kelihatan. Bahkan mobil pribadi pun tak banyak. Tempo harus berjalan kaki dari Stasiun Saint-Denis-Universite, di depan Universitas Paris 118, sejauh lebih dari 1 kilometer. Orang-orang berlalu-lalang atau sekadar mengobrol di pinggiran jalan yang sunyi tersebut.
PURWANI DIYAH PRABANDARI
Baca juga:
Ely Sugigi dan Artis Cari Sensasi: Perilaku Menyimpangkah?
Luhut Terseret Calo Freeport