TEROR PARIS, Cerita Marah Pengungsi Suriah di Amerika
Editor
Choirul Aminuddin
Selasa, 17 November 2015 19:57 WIB
TEMPO.CO, Anaheim - Homan Dalati, seorang pengungsi Suriah di Amerika Serikat, selain belajar di fakultas ilmu politik di California State Fullerton, juga bekerja sebagai karyawanan layanan pelanggan di perusahaan pamannya di Anaheim.
Pria berusia 20 tahun ini mengucapkan banyak terima kasih karena telah mempunyai kehidupan baru di Orange County. Selama lima tahun ia tak memiliki tempat tinggal tetap, harus berpindah-pindah dari Suriah ke Libanon, Mesir, dan Yordania.
"Negeri itu tempat persembunyian yang sulit. Kami harus terus bergerak agar aman," ucap Dalati berkali-kali. Dia terakhir mengaku merasa aman ketika tiba di Anaheim, Amerika Serikat, pada Januari 2014.
Sejak kecamuk perang saudara di Suriah, Dalati, bersama dua saudara laki-laki dan kedua orang tuanya -seperti dilakukan oleh ribuan pengungsi lain- meninggalkan negaranya. Langkah Dalati bersama keluarganya seperti gayung bersambut ketika Presiden Barack Obama menyatakan bahwa pemerintahannya bersedia menampung sedikitnya 10 ribu pengungsi Suriah.
Namun setelah serangan teror Paris pada Jumat malam, 13 November 2015, waktu setempat, yang menewaskan sedikitnya 130 orang dan melukai ratusan korban lainnya, kehadiran pengungsi Suriah seperti momok bagi Eropa dan AS. Hal itu bakal menjadi sesuatu yang buruk bagi nasib pengungsi Suriah.
"Ketika mereka mengatakan, mereka menemukan paspor warga Suriah, saya seperti orang gila," ucap Emat Dalati, kakak laki-laki Dalati. Pria berusia 25 tahun itu menambahkan, "Padahal warga Prancis sangat baik terhadap orang-orang Suriah."
Sejumlah petugas keamanan menyatakan, sedikitnya satu orang penyerang masuk Eropa melalui Yunani yang menyamar di antara para pengungsi.
Sejauh ini, lebih dari 15 negara bagian di AS menyatakan menolak kehadiran pengungsi Suriah. Pernyataan para gubernur itu sangat menyedihkan paman Homan Dalati, Bill Dalati, seorang pengusaha Anaheim yang tinggal di Anaheim lebih dari 30 tahun silam. Dia juga menyediakan pekerjaan bagi kedua keponakannya.
Homan Dalati berkata, hampir seluruh pengungsi Suriah hanya mencoba bertahan hidup. Dia bersama saudara laki-lakinya sedang belajar untuk menjadi pengacara. "Keluargaku sangat senang aku selamat, tetapi aku merasa sedih bagi negaraku," tutur Homan Dalati.
ABC7 | CHOIRUL AMINUDDIN
Baca juga:
Prancis Vs ISIS: Inilah 5 Kejadian Baru yang Menegangkan!
Tekan ISIS, Presiden Prancis Kirim Kapal Induk