Warga menyalakan lilin dalam aksi berkabung di depan konsulat Prancis di Montreal, Kanada, 13 November 2015. Aksi ini ditujukan bagi sekitar 153 korban penyerangan di kota Paris. Graham Hughes/The Canadian Press via AP
TEMPO.CO, PARIS - Kepolisian Prancis mengidentifikasi setidaknya tiga tim kelompok bersenjata dengan rompi bom bunuh diri dan senjata mesin menyerang serentak di sejumlah kawasan di Paris, Prancis, Jumat, 13 November 2015. Serangan itu setidaknya membunuh paling sedikit 129 orang dan ratusan orang lainnya terluka.
Serangan itu lantas diklaim dilakukan ISIS. Seperti dilansir CNN, dalam keterangan persnya, Jaksa Prancis Francois Molins mengaku menemukan paspor Suriah di dekat mayat pengebom bunuh diri di Stadion Stade de France. "Di Paspor disebutkan pria kelahiran Suriah, September 1990," kata Molins, di Paris, Sabtu, 14 November 2015.
Molins menyebutkan, seorang teroris Paris lainnya adalah pria Prancis 29 tahun. Ia orang pertama yang dipastikan sebagai penyerang dari tujuh orang yang ditembak aparat. Dua teroris lainnya ditemukan adalah pengungsi di Yunani. "Mereka masuk Eropa sebagai pengungsi" kata Molins. Namun, tak ada informasi pasti jumlah peneror.
ISIS kemarin mengklaim bertanggung jawab atas serangan mematikan di gedung konser yang padat penonton, restoran-restoran, dan bar-bar, serta area luar stadion nasional Prancis. Lebih dari 129 orang terbunuh dan 352 terluka yang 99 di antaranya dalam kondisi kritis. Jumlah korban tewas belum termasuk mayat tujuh pelaku teror ini.
Presiden Francois Hollande menyebut serangan terkoordinasi itu sebagai "tindakan perang" ketika ibu kota Prancis itu biasanya tenang, sepuluh bulan setelah serangan ke majalah Charlie Hebdo yang mengguncang negara itu.
Keadaan darurat dan tiga hari duka nasional telah diumumkan. Dewan Kota Paris memerintahkan semua fasilitas kota ditutup, sedangkan lokasi wisata seperti Menara Eiffel ditutup sampai waktu yang tidak ditentukan.