Kawasan yang dikuasai ISIS menjadi target serangan pesawat tempur Mesir di kota Dema, Libya, 16 Februari 2015. Mesir melakukan serangan setelah ISIS menghukum mati 21 warganya. Jawhar Ali/Anadolu Agency/Getty Images
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Mesir Abdel Fattah Al-Sisi menyatakan tetap memegang kendali dan membawa Mesir ke jalan yang tepat di tengah ancaman masalah ekonomi dan kelompok militan Negara Islam Irak dan Suriah di Libya dan Sinai.
Pernyataan Presiden Al-Sisi ini dikemukakan setelah milisi ISIS memenggal 21 penganut agama Kristen Koptik asal Mesir di Libya pada Ahad, 15 Januari lalu. Aksi ISIS itu kemudian memicu serangan udara militer Mesir terhadap ISIS.
"Serangan udara itu mengenai 13 sasaran yang telah dipelajari dengan akurat. Mesir bukan penyerang, tapi serangan itu perlu dilakukan," ucap Presiden Al-Sisi dalam pernyataan yang disiarkan televisi nasional Mesir, seperti dilansir Reuters, Senin, 23 Februari 2015.
Presiden Al-Sisi menambahkan, Yordania dan Uni Emirat Arab, yang tergabung dalam koalisi melawan ISIS pimpinan Amerika Serikat, telah menawarkan bantuan militer kepada pemerintah Kairo setelah pembunuhan 21 warga Mesir di Libya.
Sebagian besar pidato mantan kepala staf militer ini ditujukan kepada beberapa negara pemberi bantuan keuangan terbesar Mesir, yaitu Uni Emirat Arab, Kuwait, dan Arab Saudi. Apalagi beberapa negara tersebut turut mendukung aksi menggulingkan Presiden Mohamad Mursi pada 2013.
Selain itu, Presiden Al-Sisi mengatakan, hubungan dengan negara-negara tersebut masih kuat meski ada upaya dari kelompok-kelompok tertentu untuk memecah persekutuan mereka. Pernyataan Al-Sisi ini merujuk pada bocoran rekaman suara yang berisi pembicaraan dia dengan para penasihat senior yang mengejek negara-negara donor Teluk tersebut.
"Dukungan itu menjadi alasan utama Mesir bisa terus mengatasi berbagai tantangan dan kesulitan," kata Al-Sisi.
Mesir saat ini dihadang pemberontakan di Semenanjung Sinai. Di wilayah ini, kelompok ISIS cabang Mesir mengklaim bertanggung jawab atas sejumlah serangan yang menewaskan lebih dari 30 anggota pasukan keamanan pada Januari lalu.
"Militer dan kepolisian melakukan upaya besar-besaran untuk menguasai Sinai secara penuh," kata Al-Sisi.