Abdullah Abdullah (kiri) dan Ashraf Ghani menandatangai satu perjanjian pembagian kekuasaan di Kabul, 21 September 2014. REUTERS/Omar Sobhani
TEMPO.CO, Kabul - Mantan Menteri Keuangan Ashraf Ghani secara resmi dinyatakan sebagai Presiden Afganistan mendatang pada Ahad, 21 September 2014. Hasil ini mengakhiri perselisihan sengketa pemilu selama beberapa bulan terakhir yang membawa negara itu ke dalam krisis politik. (Baca: Ikuti Pemilu, Jari 11 Warga Afganistan Dipotong)
“Komisi Independen Pemilihan Umum menyatakan Dr. Ashraf Ghani Ahmadzai sebagai Presiden Afganistan,” kata Kepala Komisi Ahmad Yousaf Nuristani kepada wartawan, seperti dikutip dari Reuters, kemarin.
Pernyataan ini diumumkan setelah dua kandidat Presiden Afganistan yang bersaing, Ghani dan Abdullah Abdullah, menandatangani satu perjanjian pembagian kekuasaan. Sementara Ghani ditetapkan sebagai presiden, Abdullah disahkan sebagai “pejabat kepala eksekutif” (CEO) yang sejajar dengan perdana menteri. (Baca: Pemilu Afganistan, Abdullah Memimpin Sementara)
Baik Ghani maupun Abdullah sama-sama mengklaim kemenangan atas pemilu pada Juni lalu dengan kelompok Abdullah yang banyak mendapat tuduhan kecurangan. Perselisihan ini akhirnya terselesaikan setelah kedua kandidat menandatangani perjanjian dalam sebuah acara di Istana Presiden. Keduanya pun berangkulan sebelum akhirnya Presiden Hamid Karzai memberikan sambutan.