TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Presiden Afghanistan Ashraf Ghani pada Rabu, 8 September 2021, melayangkan permohonan maaf atas keruntuhan pemerintahannya secara tiba-tiba. Ghani pun meyakinkan dia tidak pergi sambil membawa uang jutaan dollar.
Ghani memilih melarikan diri dari Ibu Kota Kabul, saat militan Taliban berhasil masuk ke kota itu pada Agustus 2021 lalu.
File foto Presiden Afghanistan, Ashraf Ghani di Kabul, Afghanistan, 14 Agustus 2021. Menurut Ashraf Ghani, kelompok Taliban kini menghadapi ujian bersejarah. “Taliban menang dalam penghakiman pedang dan senjata, mereka memiliki tanggung jawab untuk melindungi kehormatan, kemakmuran, dan harga diri rekan-rekan kita,” katanya. Afghan Presidential Palace/Handout via REUTERS
Permohonan maaf Ghani diunggahnya di Twitter. Dalam unggahannya dia juga menyebutkan pergi meninggalkan Afghanistan atas desakan tim keamanannya, yang meyakinkan jika dia tetap bertahan di Afghanistan maka bakal ada risiko pertempuran yang mengerikan di jalan-jalan Kota Kabul seperti yang pernah terjadi pada Perang Sipil 1990-an.
“Meninggalkan Kabul adalah keputusan yang sulit dalam hidup saya, namun saya yakin itu hanya satu-satunya cara untuk mencegah terjadinya pertempuran, untuk menyelamatkan Kabul dan 6 juta warga Afghanistan di Kota itu,” kata Ghani.
Presiden Ghani saat ini berlindung ke Uni Emirat Arab. Tindakan kabur dari Afghanistan itu, menuai kritikan dari mantan sekutunya yang menudingnya pengkhianat.
Ghani yang merupakan mantan pegawai di Bank Dunia menekankan, dia meninggalkan Afghanistan tanpa membawa uang jutaan dollar. Dia menyebut berita yang mengabarkan dia membawa uang jutaan dollar dalam pelariannya adalah berita yang benar-benar bohong.
“Korupsi adalah wabah yang melumpuhkan negara kita selama berpuluh tahun dan memerangi korupsi telah menjadi fokus utama saya selama menjadi Presiden,” kata Ghani, yang menambahkan bahwa dia dan istrinya yang berdarah Lebanon, sama-sama teliti soal penggunaan uang.
Baca juga: Joe Biden Ogah Disalahkan Atas Masalah Taliban dan Afghanistan
Sumber: Reuters