TEMPO.CO, Manila - Gempa bumi besar berkekuatan 6,5 skala Richter mengguncang wilayah tengah Filipina pada Kamis siang, 6 Juli 2017. Pusat Survei Geologi Amerika Serikat atau USGS melaporkan gempa terjadi pada kedalaman sekitar 6 kilometer di tengah Pulau Leyte.
Gempa berkekuatan besar di wilayah tengah Filipina itu telah merobohkan bangunan tiga lantai di ibu kota Provinsi Leyte, Kota Kananga. Robohnya gedung yang juga berfungsi sebagai asrama pensiunan itu mengakibatkan sedikitnya satu orang meninggal dan sepuluh terluka. Adapun beberapa orang lainnya masih terjebak di antara reruntuhan.
Wakil Wali Kota Kananga Elmer Codilla mengatakan operasi penyelamatan terus berlanjut. Menurut Codilla, pihaknya belum bisa memastikan berapa banyak orang yang berada di dalam gedung dua lantai itu.
"Penyelamatan terhambat oleh gempa susulan yang terus mengguncang daerah tersebut dan kurangnya peralatan yang memadai," kata Codilla.
Berdasarkan foto yang disebarkan ke Internet, gempa tersebut sangat menghancurkan. Tampak reruntuhan bangunan menghancurkan apa saja yang ditimpanya, termasuk kendaraan bermotor. Penduduk di desa-desa yang dekat dengan pusat gempa menyatakan bahwa getaran kuat membuat orang-orang melarikan diri dari bangunan dan sekolah.
Seorang petani di Leyte, Marlon Tano, mengatakan gempa itu menyebabkan dia terjatuh ketika berada di ladang terungnya di Borauen, sebuah desa dekat pusat gempa. "Getaran gempa sangat kuat sampai membuat saya terjatuh. Saya lihat bus dan sepeda motor berhenti di tepi jalan raya dan orang berhamburan lari," kata Tano, seperti dilansir Straits Times pada 6 Juli 2017.
Filipina berada di Cincin Api Pasifik, sehingga gempa dan letusan gunung berapi sering terjadi. Gempa berkekuatan 7,7 Richter menewaskan hampir 2.000 orang di Filipina utara pada 1990.
INQUIRER | GMA NEWS | STRAITS TIMES | YON DEMA