TEMPO.CO, Dhaka—Ribuan warga Rohingya yang mengungsi di Bangladesh setelah melarikan diri dari aksi kekerasan di Myanmar, dilaporkan kembali ke rumah mereka daripada direlokasi.
Seperti dilansir News24, Kamis 9 Maret 2017, beberapa tokoh masyarakat mengatakan bahwa lebih dari 5.000 warga Rohingya saat ini telah kembali ke negaranya.
Baca: 22 Ribu Warga Rohingya Lari dari Myanmar dalam Sepekan
Mereka memilih pulang meski berisiko menghadapi penganiayaan daripada mengikuti rencana Bangladesh yang akan menampung mereka di pulau tak berpenghuni yang rawan banjir.
"Mereka memilih tewas kena tembakan daripada ditewaskan alam," kata tokoh masyarakat Noor Hafiz.
Noor Hafiz mengatakan orang-orang menjadi sangat khawatir setelah mereka mengetahui rencana relokasi tersebut.
“Kami mendengar bahwa pulau itu terendam banjir selama musim hujan. Saat ini kami hanya berharap situasinya lebih baik."
Baca: Krisis Rohingya, Myanmar Kirim Utusan ke Bangaldesh
Hafiz mengatakan 3.000 orang telah meninggalkan kamp mereka, sementara 2.000 orang lainnya telah meninggalkan dua kamp pengungsi sementara yang baru-baru ini dibangun.
"Mereka bilang mereka tidak ingin mati diterjang banjir," ujar Dudu Mia, warga Rohingya yang memimpin kamp lain yang disebut Leda.
Hampir 73.000 pengungsi Rohingya memasuki Bangladesh sejak Oktober lalu, ketika pasukan pemerintah Myanmar melancarkan aksi pembalasa berdarah terhadap minoritas Muslim, menyusul kematian sembilan polisi oleh milisi Rohingya.
Sebagian besar menuju ke kamp yang sudah penuh sesak di Cox's Bazar, sebuah distrik wisata utama Bangladesh yang berbatasan dengan Myanmar.
Kedatangan pengungsi mendorong Dhaka memulai kembali rencana kontroversial untuk merelokasi pengungsi ke pulau tak berpenghuni di Teluk Benggala.
Teluk Benggala sering dilanda badai. Kelompok-kelompok hak asasi manusia menyebut rencana untuk menjadikan pulau Thengar Char sebagai hunian "menggelikan."
Meski begitu pemerintah Bangladesh memerintahkan pembangunan dermaga, helipad dan fasilitas pengunjung di pulau seluas 2.430 hektare itu.
Pekan lalu mereka memulai penghitungan pengungsi Rohingya sebagai bagian dari rencana relokasi setelah meminta dukungan internasional untuk menjalankan rencana itu.
Bangladesh menyatakan sekitar 400.000 warga Rohingya sekarang tinggal dalam keadaan terlantar di kamp-kamp pengungsi di negara itu.
Seorang Penjaga Perbatasan Bangladesh mengatakan jumlah warga Rohingya yang kembali meningkat meski dia memberikan angka yang jauh lebih sedikit.
"Bulan lalu 48 pengungsi memberi tahu kami mereka meninggalkan Bangladesh untuk pulang," tutur Teknaf Mayor Abu Russell Siddique. "Bulan ini, dalam sepekan, jumlahnya mencapai 235."
Siddique mengatakan bagian-bagian di Negara Bagian Rakhine, Myanmar, tempat kebanyakan warga Rohingya tinggal sekarang sudah stabil.
"Sejauh yang kami tahu, hanya orang dari desa-desa yang tak terdampak (operasi penindakan) yang kembali," katanya.
NEWS24 | THE NEWS INTERNATIONAL | SITA PLANASARI AQUADINI