TEMPO.CO, Washington- Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Rex Tillerson akan melakukan kunjungan pertamanya ke Asia pekan depan. Tillerson dijadwalkan bertemu dengan para pejabat senior di kawasana Asia Timur untuk membahas peluncuran rudal balistik terbaru Korea Utara dan kepentingan ekonomi dan keamanan Amerika Serikat di wilayah tersebut.
Eks CEO Exxon Mobile tersebut akan mengawali tur Asianya dengan mengunjungi negeri Sakura, Jepang. Tillerson dijadwalkan tiba di Tokyo pada 15 Maret. Kemudian melanjutkan perjalanan ke Korea Selatan pada 17 Maret, dan terakhir ke Cina dari 18 hingga 19 Maret.
Baca juga: Calon Menlu Pilihan Trump Terlibat Pelanggaran HAM di Aceh?
Di Cina, Tillerson diperkirakan akan bertemu Presiden Xi Jinping untuk mendiskusikan isu-isu penting yang mempengaruhi hubungan kedua negara dalam empat tahun ke depan. Jika itu terjadi maka, ia akan menjadi pejabat senior Amerika Serikat pertama di bawah pemerintahan Donald Trump yang bertemu dengan Presiden Cina.
Misi diplomatik pertama Tillerson ke Asia dilakukan setelah peluncuran rudal terbaru Pyonyang, Korea Utara yang telah meningkatkan kegentingan situasi keamanan di kawasan itu.
Seperti yang dilansir South China Morning Post pada 8 Maret 2017, Tillerson juga kemungkinan akan mendesak Beijing yang memiliki pengaruh ekonomi besar di Pyongyang, untuk memperkuat tekanan pada Korea Utara.
Baca juga: Menlu AS Absen Saat Laporan HAM, Kabinet Trump Dikritik
Kunjungan Tillerson ke Asia juga datang pada saat penerapan sistem pertahanan rudal Terminal High Altitude Defence Amerika Serikat (THAAD) di Korea Selatan yang telah menuai kritik keras dari Beijing. Cina bersumpah akan mengambil tindakan tegas terhadap penempatan THAAD di Korea Selatan.
THAAD itu diklaim untuk mengatasi ancaman rudal balistik Korea Utara. Namun Cina khawatir sistem pertahanan itu akan mengancam kedaulatannya.
Amerika Serikat, Rusia, Cina, Jepang, Korea Selatan dan Korea Utara adalah anggota perundingan enam pihak, serangkaian negosiasi multilateral diadakan sejak 2003 dengan tujuan untuk membongkar program nuklir Korea Utara.
Berdasarkan kesepakatan bersama tahun 2005, Korea Utara setuju untuk meninggalkan semua program senjata nuklirnya, dengan kompensasi bantuan ekonomi, jaminan keamanan dan peningkatan hubungan diplomatik.
Tapi Korea Utra diangap melanggar sejumlah komitmen bersama sejak melakukan beberapa uji coba nuklir dan rudal balistik.
SOUTH CHINA MORNING POST|REUTERS|FREE MALAYSIA TODAY|YON DEMA