TEMPO.CO, New York - Donald Trump resmi dilantik sebagai Presiden Amerika Serikat ke-45 pada Jumat, 20 Januari 2017. Ambisi sejak muda untuk menjadi orang terkenal sudah terwujud. Sebagai pebisnis sukses juga sudah terpenuhi. Dan, sebentar lagi, dia akan menjadi presiden negara paling berpengaruh di muka bumi ini.
Trump sudah bercita-cita menjadi orang terkenal saat masih remaja. Temannya pun menerawang bahwa Trump akan menjadi presiden suatu saat nanti. Menurut Jeff Ortenau, teman sekolah Trump di Akademi Militer New York, saat mereka berbicara tentang masa depan, Trump menginjak usia 18 tahun.
Baca juga:
Jejak Donald Trump (2), Dikirim ke Akademi militer, Eh Juara
George Soros Prediksi Trump Bakal Jatuh, Ini Pemicunya
Trump Bersumpah Satukan Bangsa Jelang Pelantikan
"Aku akan menjadi sangat terkenal suatu hari," kata Trump. "Kau tahu jadi apa? Kamu mungkin akan menjadi presiden," ujar Ortenau.
Trump saat itu adalah kadet dengan posisi bergengsi di Akademi Militer New York, yakni sebagai Kapten Regu Amerika Serikat. Trump dan Ortenau berada pada tahun senior.
Sayang, Trump kemudian diturunkan pangkatnya menjadi petugas pelatihan batalion karena dianggap tak becus memimpin anggota regunya. Penyebabnya, seorang anggotanya menyiksa siswa baru, Lee Ains, hingga menderita patah tulang. Pemicu siksaan itu adalah Lee dianggap lamban merespons panggilan.
Ia pun dipindahkan ke sekolah lain. Di sekolah barunya, Trump memimpin timnya pada parade memperingati Columbus Day New York City. Ia saat itu berdiri di Fifth Avenue. Di sebelahnya ada Mayor Anthony "Ace" Castellano, rekannya. Trump kembali berbicara tentang masa depannya.
"Kamu tahu, Ace, saya benar-benar ingin memiliki beberapa real estate suatu hari nanti," tuturnya. Ucapan itu dikenang Ace hingga menjelang pelantikan Trump sebagai Presiden Amerika Serikat pada Jumat, 20 Januari 2017.
Semasa kuliah, Trump tahu ia akan mengikuti jejak ayahnya masuk dunia bisnis. Mengutip Washington Post, 16 Januari 2017, Trump pernah menceritakan kepada teman sekamarnya bahwa ia merasa seperti akan kehilangan peluang jika tidak melakukannya. Trump awalnya ingin mengambil kuliah film di California, tapi kemudian memutuskan bahwa New York akan menjadi tujuannya.
Setelah lulus dari sekolah tinggi pada 1964, Trump bersama ayahnya mengikuti acara peringatan untuk mengenang pembangunan Jembatan Verrazano-Narrows. Di tengah acara tersebut, Donald melihat bahwa tidak ada penghormatan kepada desainer jembatan asal Swedia berusia 85 tahun yang telah melakukan perjalanan dari Eropa untuk acara ini.
"Saya menyadari saat itu juga, jika kamu membiarkan orang memperlakukanmu sesuai keinginannya, mereka akan membuatmu terlihat bodoh," ucap Trump dalam sebuah wawancara mengenang desainer asal Swedia itu. "Saya menyadari itu dan saya tidak ingin ‘diisap’ oleh siapa pun."
WASHINGTON POST | YON DEMA