TEMPO.CO, Kutapalong - Lembaga bantuan internasional, Save the Children, mengatakan, lebih dari 600 ribu anak Rohingya diperkirakan bakal menetap di Bangladesh hingga akhir tahun ini.
"Banyak di antaranya menjadi yatim piatu. Mereka harus segera mendapatkan bantuan," ujar lembaga ini kepada media seperti ditulis Al Jazeera, Jumat, 22 September 2017.
Sementara itu, dari mimbar Sidang Umum PBB di New York, Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina mengutuk Myanmar dalam mengatasi masalah Rohingya di negerinya.
Baca: Suu Kyi Pidato Krisis Rohingya, Ini Tanggapan 6 Tokoh Myanmar
Dalam pidatonya di depan seluruh anggota PBB, Kamis dinihar, 21 September 2017, waktu setempat, Hasina mengatakan, ratusan ribu muslim Rohingya terpaksa meninggalkan Myanmar menuju perbatasan untuk masuk ke Bangladesh. Peristiwa itu sangat menyentuh hati, katanya.
"Saya berada di sini hanya setelah melihat kelaparan, ketakutan, dan tanpa harapan yang menimpa warga Rohingya dari Myanmar," ujarnya di atas podium.
Baca: Fakta Rinci Soal Milisi Rohingya, ARSA, Pemberontak atau Teroris?
"Kami baru-baru ini menempatkan sekitar 800 ribu warga Rohingya yang kehilangan tempat tinggal di negara bagian Rakhine, Myanmar," lanjutnya.
Myanmar memandang bahwa kaum Rohingya adalah imigran gelap dari Bangladesh. Meskipun faktanya bahwa mereka telah menetap di Rakhine dari genrasi ke generasi. Sebaliknya, Bangladesh melihat mereka sebagai bagian dari kaum Birma.
"Akibat anggapan tersebut, mereka, saat ini, tidak memiliki kewarganegaraan," tulis CNN.
Lebih dari 430 ribu orang telah meninggalkan Rakhine hanya dalam waktu tiga minggu menyusul serbuan militer Myanmar terhadap orang-orang yang dituding memberontak di Rakhine setelah mereka menyerang pos polisi pada 25 Agustus 2017.
AL JAZEERA | CNN | CHOIRUL AMINUDDIN