TEMPO.CO, London- Pelayan wanita di sebuah klub eksklusif di London, Inggris dipecat atau PHK gara-gara membawa pulang jatah makan siangnya yang tak sempat disantap saat jam kerja.
Bos Oxford & Cambridge Club di Pall Mall, klub eksekutif itu memeriksa tas tangan Silvia Mecati ketika dia ingin pulang kerja dan menemukan bungkusan berisi lasagna.
Meskipun klub mewah itu menyediakan makanan gratis untuk karyawan, wanita berusia 43 tahun tersebut tetap dituduh mencuri hingga dipecat.
Baca: Industri Surat Kabar AS Pangkas 59,7 Persen Pekerjaan
Klub yang turut menjadi pilihan selebriti seperti Stephen Fry, mantan Perdana Menteri Pakistan, Benazir Bhutto dan mantan Perdana Menteri Inggris, Clement Attlee itu tetap bersikeras bahwa Silvia tidak mendapatkan persetujuan dari koki atau manajer untuk membawa pulang makanan tersebut.
Silvia yang telah ditawarkan zero hours contract selama 3 tahun di klub itu kini memohon untuk menentang keputusan bosnya itu.
Zero contract hours adalah sejenis kontrak antara majikan dan karyawan yang memungkinkan majikan tidak perlu mengatur setiap waktu kerja minimum, sementara karyawan pula tidak terikat untuk melaksanakan setiap pekerjaan yang diminta.
Baca: Jangan Takut, PHK Bukan Akhir Segalanya
Menurut Silvia, karyawan diberi makanan pada waktu tertentu, tetapi dia tidak memiliki waktu untuk makan siang pada 27 Juni karena terpaksa bekerja 2 shift.
Wanita yang berasal dari Italia dan sudah menetap di Inggris selama 4 tahun itu menambahkan: "Pada waktu makan siang, saya telah mengambil sepotong lasagna tetapi saya tidak memiliki waktu untuk memakannya. Jadi, saya tinggalkan di atas piring."
"Ketika shif kedua hampir berakhir, saya bungkus dalam alumunium foil dan memasukkan ke dalam lemari es karena tidak ingin buang begitu saja," jelasnya, seperti yang dilansir Miror pada 7 Agustus 2017.
Keanggotaan di klub bergengsi tersebut menghabiskan biaya hingga 1.250 pound sterling atau setara Rp 21,7 juta per tahun.
Siilvia memperoleh penghasilan hanya 8,30 pound sterling atau setara Rp 144,330 per jam, jauh di bawah upah minimum London, sehingga dia harus berjuang ekstra keras untuk membiayai hidupnya.
Klub eksekutif Oxford and Cambridge Club belum memberikan pernyataan terkait pemecatan karyawannya yang membawa pulang jatah makan siangnya.
MIRROR|YON DEMA