TEMPO.CO, Paris - Pengadilan Prancis kembali menjatuhkan hukuman seumur hidup bagi Carlos the Jackal, pelaku empat serangan mematikan di Prancis pada 1970an hingga 1980-an.
Salah satu penjahat yang sebelumnya paling dicari di dunia itu dinyatakan bersalah oleh panel lima hakim di pengadilan khusus Paris pada Selasa, 28 Maret 2017.
Baca: Carlos the Jackal Akan Diadili Lagi di Prancis
Hukuman ini adalah yang ketiga bagi pria yang terbukti bersalah melakukan serangan granat 42 tahun yang lalu di sebuah toko di Paris yang menewaskan dua orang dan melukai 34 lainnya.
Pria keturunan Venezuela, yang nama aslinya adalah Ilich Ramirez Sanchez, didakwa dengan pembunuhan pada 15 September 1974, setelah melempar granat di toko obat Publicis di pusat kota Paris.
Dalam persidangan itu ia membantah semua dakwaan dan menyebut pengadilan telah memanipulasi bukti.
Pria berusia 67 tahun itu dalam sebuah pernyataan terakhir sebelum hakim mengumumkan vonis nya pada hari Selasa, mengecam persidangan sebagai sesuatu yang tidak masuk akal dan semua bukti yang mengarah kepadanya telah dipalsukan.
Ramirez dipenjara di Prancis sejak 1994, setelah ia ditangkap di Sudan. Ia dipindahkan ke Prancis karena diburu negara tersebut atas serangkaian kasus serangan dan pembunuhan.
Baca: 'Carlos the Jackal' Cari Dukungan ke Venezuela
Pada 1997, ia menerima hukuman seumur hidup pertamanya atas pembunuhan seorang warga sipil dan dua polisi lebih dari dua dekade sebelumnya.
Pada 2011, Ramirez kembali dinyatakan bersalah karena mendalangi serangan terhadap dua kereta penumpang Prancis pada 1982 dan 1983, sebuah stasiun kereta api di Marseille, dan kantor majalah milik orang Libya di Paris.
Dia kembali diberi hukuman seumur hidup untuk perannya dalam serangan yang menewaskan sebelas orang dan hampir 200 lainnya cedera.
Carlos membantah terlibat dalam sejumlah kasus itu. Selama proses banding atas kasusnya, ia mengatakan bukti yang dipakai untuk menjeratnya dikumpulkan dari arsip intelijen yang tidak dapat diandalkan.
Ramirez kerap menggambarkan dirinya sebagai revolusioner profesional.
Pada era 1970-an dan 1980-an, militan penganut ajaran sosialis Marxis tersebut menjadi musuh publik nomor satu bagi pemerintah Barat.
Kepada media Venezuela, Carlos mengaku telah membunuh 2.000 orang dalam sekitar 100 serangan.
Namun ia kemudian membantah peryataannya sendiri dan mengatakan hanya terlibat dalam penyanderaan pertemuan negara produsen minyak, Opec, di Austria pada 1975. Sebanyak 3 orang tewas dalam insiden tersebut.
GUARDIAN | NEWS.COM.AU | YON DEMA