TEMPO.CO, YANGON - Pemimpin defakto Myanmar, Aung San Suu Kyi, akhirnya buka suara mengenai pembunuhan salah seorang penasihat hukum utama setelah bungkam selama sebulan.
Seperti dilansir Channel News Asia, Senin, 27 Februari 2017, Suu Kyi menyebut pembunuhan pengacara U Ko Ni sebagai kehilangan besar bagi negara. "Kehilangan Ko Ni adalah kerugian besar bagi kami di NLD. Dia telah bekerja bersama kami selama bertahun-tahun,” kata Suu Kyi. “Saya sangat menghormatinya.”
Baca:
Pengacara Muslim Myanmar Tewas Ditembak di Bandara Yangon
Eks Militer, Tersangka Otak Pembunuhan Pengacara Myanmar
Pernyataan itu dilontarkan Suu Kyi dalam upacara mengenang Ko Ni dan Nay Win, seorang sopir taksi yang tewas ketika mengejar si penembak dalam insiden pada 29 Januari di restoran Royal Rose, Yangon, pada Ahad lalu.
Sebelumnya, Suu Kyi dikritik karena tidak mengeluarkan pernyataan terbuka atas tewasnya Ko Ni, seorang penasihat penting partai Liga Demokrasi Nasional, saat partai itu berusaha mengambil alih sisa kekuasaan angkatan darat dalam pemerintah.
Pada Sabtu, kepolisian mengatakan mereka yakin pembunuhan Ko Ni terjadi akibat perselisihan politik pribadi dan usaha meredam spekulasi keterlibatan militer.
Sebagai pakar konstitusi, Ko Ni merupakan salah satu pengkritik utama militer yang masih mencengkeram kekuasaan di pemerintahan.
Ko Ni yang juga penganut muslim mengkritik meningkatnya Islamofobia yang meluas di seluruh negara karena propaganda kelompok Budha ultranasionalis.
Dalam kesempatan itu, Suu Kyi juga meminta rakyat bersabar menghadapi masalah politik dalam negeri. Ia menyebutkan pemerintahannya baru berkuasa 10 bulan setelah junta militer memerintah selama beberapa dekade.
“Rakyat memang telah berjuang selama beberapa dekade. Namun pemerintahan ini masih belia, baru menjalani waktu yang singkat,” ujar dia.
CHANNEL NEWSASIA | THE IRRAWADDY | SITA PLANASARI AQUADINI