TEMPO.CO, Jakarta - Venezuela dan Brasil terlibat perang dingin setelah kedua negara di Amerika Latin tersebut membekukan hubungan bilateral. Karakas menarik duta besarnya dari negeri bertetangga di selatan itu sebagai respons atas pemakzulan Presiden Dilma Rousseff.
Langkah Venezuela itu disusul oleh pemerintahan sayap kiri Ekuador dan Bolivia. Kedua negara tersebut menarik duta besarnya dari Brasilia. "Kebijakan Presiden Ekuador Rafael Correa untuk menanggapi keputusan parlemen Brasil yang menjatuhkan Rousseff dari jabatannya," demikian Ahram melaporkan, Kamis, 1 September 2016.
Venezuela—yang dipercaya memimpin blok sayap kiri ALBA, yang terdiri atas Kuba dan Nikaragua—juga mengutuk pemakzulan tersebut sebagai sebuah kudeta parlemen Brasil. Meski demikian, beberapa negara Amerika Latin, di antaranya Argentina, Cile, dan Paraguay, menghormati keputusan yang diambil senat Brasil itu.
Rousseff, 68 tahun, dituding oleh 61 dari 81 anggota senat memanipulasi anggaran negara. Kasus ini merupakan pintu masuk senat Brasil menjatuhkan Rousseff dari jabatannya sebagai presiden. Namun, dalam berbagai kesempatan, Rousseff menolak segala tuduhan senat.
Kantor Kementerian Venezuela, dalam sebuah pernyataan yang diterima media massa, menyebutkan Venezuela telah sampai pada keputusan menarik duta besar dari Brasil dan membekukan hubungan diplomatik dengan pemerintah hasil kudeta parlemen.
Beberapa jam setelah keputusan tersebut diumumkan Kementerian Luar Negeri Venezuela, Brasil juga mengumumkan penarikan duta besarnya dari Karakas.
AHRAM | CHOIRUL AMINUDDIN