TEMPO.CO, Roma - Tim penyidik bencana gempa Italia mulai menyelidiki kemungkinan adanya unsur kelalaian atau penipuan dalam kode etik pembangunan gedung, sehingga banyak korban tewas dalam gempa yang terjadi pada Rabu pekan lalu.
Gempa itu menewaskan 290 penduduk dan melukai ratusan lainnya. Tiga kota yang sudah ada sejak abad pertengahan di tengah Italia hancur.
Jaksa ibu kota wilayah Rieti, Giuseppe Saieva, mengatakan angka korban yang tinggi tidak bisa dianggap sebagai takdir semata.
"Penyidik kini sedang fokus pada sejumlah struktur, termasuk sebuah sekolah rendah di Amatrice yang runtuh meskipun sudah direnovasi pada 2012 menjadi bangunan tahan gempa. Renovasi tersebut menelan biaya 700 ribu euro (Rp 10,4 miliar)," kata Saieva seperti yang dilansir Telegraph pada Minggu, 28 Agustus 2016.
Sekolah tersebut kosong ketika kejadian, tapi banyak yang terkejut karena sekolah itu tidak dapat menahan gempa bumi dengan kekuatan 6,2 skala Richter. Setelah semua siswa kelas satu dan seorang guru tewas dalam gempa pada 2002 di San Giuliano dekat Puglia, otoritas Italia berjanji memastikan keamanan sekolah, rumah sakit, dan lembaga penting lain.
Menara lonceng di Accumoli yang runtuh turut mengundang persoalan setelah mengorbankan satu anggota keluarga yang berjumlah empat orang yang sedang tidur, termasuk seorang bayi 8 bulan dan seorang anak berumur 7 tahun.
Menara lonceng itu juga baru-baru ini direnovasi menggunakan dana khusus yang dialokasikan setelah gempa besar terakhir Italia yang melanda dekat L'Aquila pada 2009.
Jaksa anti-terorisme nasional Italia Franco Roberti mengatakan, jika bangunan dirancang berdasarkan peraturan zona gempa, bagian bangunan bisa rusak dan retak tapi tidak akan hancur.
Italia memiliki masalah endemis yang dikenal sebagai abusivismo atau pembangunan rumah dan ekstensi tanpa izin perencanaan, sering menggunakan bahan jelek, dan bertentangan peraturan keselamatan.
Diperkirakan sejak dua tahun lalu, sekitar 18 persen bangunan di Italia dibangun tanpa izin perencanaan.
USA TODAY|REUTERS|TELEGRAPH|YON DEMA