TEMPO.CO, Yerusalem - Mesin pencarian Internet terbesar di dunia, Google, menuai kritik keras dari masyarakat di seluruh dunia setelah perusahaan asal Amerika Serikat itu menghapus Palestina dari aplikasi petanya, Google Maps.
Masyarakat yang hendak mencari Palestina di Google Maps akan menemukan peta kosong dengan Gaza, Yudea, dan Samaria masuk dalam teritorial Israel. Hal ini terjadi sejak akhir pekan lalu.
Seperti dilansir Daily Star, penghapusan tersebut bahkan memicu sebuah petisi online yang hingga Minggu, 7 Agustus 2016, berhasil mengumpulkan lebih dari 116 ribu tanda tangan. Dalam petisi itu, kelalaian Google disebut sebagai penghinaan yang teramat pedih terhadap Palestina karena tidak disertakan pada Google Maps.
"Apakah Google sengaja atau terlibat langsung dalam pembersihan etnis oleh pemerintah Israel terhadap Palestina?" bunyi petisi tersebut.
Pada akun media sosial, seperti Facebook dan Twitter, para netizen dari seluruh dunia mengunggah beberapa pernyataan untuk menyerang perusahaan raksasa teknologi tersebut terkait dengan hilangnya nama Palestina dari Google Maps.
Organisasi wartawan Palestina (PJF) menyatakan bahwa penghapusan nama Palestina dari peta Google merupakan upaya Tel Aviv untuk membangun paradigma generasi mendatang bahwa Israel merupakan negara yang sah serta melenyapkan Palestina untuk selamanya. PJF juga mengklaim tindakan itu adalah bagian dari upaya mendistorsi sejarah dan geografi serta hak rakyat Palestina atas tanah air mereka sendiri.
Untuk itu, PJF menuntut Google untuk segera mengembalikan Palestina dalam Google Maps. Sebab, langkah menghilangkan Palestina dari aplikasi peta dianggap bertentangan dengan semua norma dan konvensi internasional.
Palestina adalah negara berdaulat de jure di Timur Tengah yang diakui 136 negara anggota PBB dan sejak 2012 memiliki status negara pengamat non-anggota. Dengan beribu kota di Ramallah, Palestina saat ini dipimpin Mahmoud Abbas.
JEWISH PRESS | DAILY STAR | PRESS TV | YON DEMA