TEMPO.CO, Beijing - Angkatan Udara Cina kembali mengirim pesawat tempur dan pesawat pembom untuk melakukan patroli dan latihan di pulau-pulau di kawasan Laut Cina Selatan. Mereka berdalih pemusatan kekuatan itu merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan tempur selain menanggapi ancaman keamanan.
Latihan itu dilakukan bersamaan dengan semakin meningkatnya ketegangan di perairan tersebut setelah Pengadilan Arbitrase Internasional di Den Haag, Belanda, menolak klaim Beijing atas sebagian besar teritorial di Laut Cina Selatan. Pengadilan Arbitrase juga menyebut Cina telah melanggar hak kedaulatan Filipina.
Kolonel Senior Angkatan Udara Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) Cina, Shen Jinke, mengatakan timnya telah mengirim beberapa pesawat pembom H-6 dan pesawat perang Su-30 untuk memeriksa ruang udara sekitar Kepulauan Spratly dan Scarborough Shoal.
"Kami mengadakan latihan dan patroli pertempuran biasa di perairan sengketa untuk meningkatkan kemampuan menanggapi semua jenis ancaman keamanan dalam melindungi kedaulatan negara, keamanan serta kepentingan maritim," katanya seperti yang dikutip kantor berita Xinhua.
Menurut Shen lagi, patroli meliputi pengawasan dan pengisian minyak pesawat. Seperti yang dilansir oleh Taipei Times pada Sabtu, 7 Agustus 2016, pemerintahan Negeri Panda marah dan kecewa dengan seruan negara Barat dan Jepang yang mendesak mereka untuk mematuhi keputusan Den Haag.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Cina, Wang Yi, mengatakan Amerika Serikat, Jepang dan Australia telah memprovokasi ketegangan regional setelah mereka merilis pernyataan bersama mendesak Cina untuk tidak membangun pos-pos militer atau merebut kembali tanah di perairan yang disengketakan.
Sementara itu, pada Sabtu, sekitar 300 demonstran Vietnam dan Filipina menyerukan Beijing untuk mematuhi keputusan pengadilan arbitrase melalui unjuk rasa yang berlangsung di depan konsulat Cina di Manila.
TAIPEI TIMES | THE SUN | SCMP | YON DEMA