TEMPO.CO, Athena - Para pengungsi yang saat ini terdampar di wilayah perbatasan Eropa, kini memiliki televisi sendiri dengan nama TV Pengungsi sebagai upaya tandingan atau setidaknya untuk mengejek televisi Barat mengenai laporan tentang kondisi mereka.
Para pendatang yang melakukan perjalanan ribuan kilometer untuk menyelamatkan diri dari perang dan kemiskinan di Suriah, Irak, serta Afganistan itu mengambil langkah yang mereka sebut sebagai kegiatan bermakna.
TV Pengungsi adalah sebuah saluran hasil dari kerja sama dengan sebuah tim film asal Jerman-Austria yang diharapkan dapat memberdayakan para pengungsi yang jumlahnya ratusan ribu di kamp penampungan Eropa.
"TV Pengungsi adalah aktivisme, seni penyatuan dengan melibatkan warga sipil. Kami ingin memecahkan masalah perbatasan melalui pembuatan film," kata pendiri dan pembuat film Austria, David Gross.
Salah satu hasil produk televisi tersebut, antara lain laporan panjang mengenai perjalanan pengungsi ke Barat disertai wawancara dengan pendatang dan warga Eropa mengenai krisis tersebut. Sebuah video berjudul Apakah Anda Takut dengan Pengungsi? memunculkan reporter Arman dari Afganistan yang menemui warga Austria di jalan menanyakan persepsi mereka terhadap kedatangan pengungsi di negaranya.
Dalam beberapa kasus, mereka bekerja tanpa peralatan memadai. Mereka mencatat hasil rekaman wawancara di telepon seluler dengan menggunakan kamera dari kayu serta mikropon gelas plastik.
Kasus ini digambarkan sebagai sebuah ejekan secara langsung terhadap media Barat dalam meliput krisis pengungsi. Selama ini mereka merasa terganggu dengan kehadiran wartawan yang secara rutin mempertontonkan perilakunya di kamp pengungsi.
Krisis pengungsi di Eropa dikategorikan sebagai bencana kemanusiaan terburuk sejak Perang Dunia II dan menjadi perdebatan internasional.
Lebih dari satu juta orang mendarat dari Turki menuju Yunani pada 2015, dan sekitar 150 ribu telah lolos ke negeri itu, sementara 700 ribu lainnya mencoba memasuki kamp-kamp pengungsi di negara-negara Barat.
ALARABY | CHOIRUL AMINUDDIN