TEMPO.CO, Brussels - Polisi antihuru-hara Belgia menggunakan tembakan air berkekuatan tinggi (water canon) untuk membubarkan ratusan pengunjuk rasa dari kaum sayap kanan (ultra nasionalis) Belgia yang berkumpul di tengah Kota Brussels. Tindakan keras terpaksa dilakukan setelah pengunjukrasa mengabaikan himbauan polisi agar menunda pawai unjuk rasa atas insiden mematikan Selasa, 22 Maret 2016.
Polisi dengan helm putih bergerak di belakang kendaraan water cannon mengusir demonstran yang berkumpul di jalanan pada Ahad, 27 Maret 2016, dari gedung Bursa Efek tempat para simpatisan meletakkan karangan bunga bagi korban ledakan bom. Para demonstran dilaporkan melecehkan kaum perempuan Muslim dan mengganggu para peziarah yang datang ke lokasi tragedi itu.
Pada Ahad, 27 Maret 2016, tim investigasi melancarkan penggrebekan di Brussels dan dua kota lainnya untuk mencidduk empat orang yang diduga terlibat dalam serangan bom.
Sebagai bagian dari anggota Uni Eropa, polisi Belanda juga melakukan pengejaran tehadap orang-orang yang dicurigai memiliki kaitan dengan serangan bom. Polisi Belanda menangkap seorang pria berusia 32 tahun di Rotterdam atas permintaan Prancis dan selanjutnya diekstradisi. Tiga lainnya ditahan.
Kanntor berita Belga melaporkan, jaksa Belgiavm mendakwa seorang pria memiliki hubungan dengan kelompok teroris. Pria yang ditahan itu, tulis Belga, bernama A Abderrahmane yang ditahan pada Sabtu, 26 Maret 2016, sehari setelah insiden tembak menembak di Distrik Schaerbeek, Brussels.
"Dia kuat dugaan memiliki hubungan dengan serangan di Prancis pekan ini," kaya Jaksa.
AL JAZEEERA | CHOIRUL AMINUDDIN