TEMPO.CO, Tokai Mura - Kelompok pembela hak-hak lingkungan, Greenpeace, mengungkapkan tentang Jepang yang mengapalkan plutonium ke Amerika Serikat pada Selasa, 22 Maret 2016.
Menurut Greenpeace, plutonium diangkut dari pusat penelitian nuklir di kota pelabuhan Tokai Mura dan ditempatkan di sebuah kapal Inggris bernama Pasifik Egret menuju Departemen Energi Amerika di Savannah River Site, Carolina Selatan.
Badan Energi Atomik Jepang (JAEA) belum mengomentari pernyataan Greenpeace. Begitu pun kedutaan Amerika di Tokyo.
Pengiriman plutonium, sebagaimana dilansir Reuters, adalah hal yang sangat sensitif karena bahan dapat digunakan untuk menghasilkan senjata nuklir atau apa yang disebut bom kotor. Di Jepang, keberadaan senjata juga ditentang masyarakat, karena negara itu pernah dihantam bom nuklir.
Sejak 1992, senjata berbahan plutonium telah ditetapkan sebagai senjata yang sangat berbahaya. Plutonium seberat 331 kilogram cukup untuk menghasilkan sekitar 50 senjata nuklir.
Saat ini Jepang memiliki 50 ton plutonium. Sebagian besar senjata yang dikirim ke Amerika berasal dari pengolahan bahan bakar nuklir di reaktor pembangkit listrik. Jepang menyisakan dua reaktor di pabrik nuklir di Fukushima, Tokyo utara, setelah gempa kuat dan tsunami melanda negara itu pada 2011.
Menurut Panel Internasional tentang Bahan Fosil, Jepang mendapatkan pasokan plutonium dari Amerika, Inggris, dan Prancis untuk proyek JAEA's Fast Critical Assembly di Tokai Mura. Panel menambahkan di situsnya bahwa perjanjian untuk mentransfer kembali dalam bentuk senjata berbahan plutonium ke Amerika Serikat dicapai pada Maret 2014.
REUTERS | MECHOS DE LAROCHA