TEMPO.CO, Jakarta - Perhelatan Piala Eropa 2016 di Prancis bisa jadi akan diselenggarakan secara tertutup karena isu keamanan. Kemungkinan hal ini dipicu oleh serangan teror di Brussels, Belgia, yang terjadi Selasa pagi, , 22 Maret 2016, waktu setempat.
Uni Sepak Bola Eropa (UEFA) mengatakan, demi keselamatan penggemar, lebih baik turnamen 4 tahun sekali ini diselenggarakan tertutup. "Piala Eropa 2016 adalah acara yang tak bisa kami tunda. Kami tak bisa mengecualikan kemungkinan bermain di dalam lapangan tertutup," kata Wakil Presiden Komite Eksekutif UEFA Giancarlo Abate, seperti dikutip Mirror, Rabu, 23 Maret 2016.
Ia menyatakan kemungkinan tersebut akan tetap terbuka jika penyelenggara turnamen tak bisa menjamin keselamatan penonton di stadium. Piala Eropa 2016 akan diikuti 24 negara dari seluruh Eropa dan akan dimulai pada Juni. Sepuluh kota di Prancis akan menjadi tempat penyelenggaraan turnamen ini.
Baca Juga: UEFA: Bom Brussel Tak Akan Pengaruhi Piala Eropa
Namun masalah keamanan dan keselamatan kembali muncul setelah serangan teror terjadi di Eropa. Prancis di serang pada November lalu dan negara tetangganya, Belgia, mendapat serangan kemarin. Kedua serangan diklaim dilakukan oleh kelompok negara teror ISIS. Bahkan, saat Paris di serang pada November lalu, salah satu serangan bom terjadi di dekat stadium yang menggelar pertandingan sepak bola antara Prancis dan Jerman.
"Serangan di Brussels mengingatkan kami, keamanan tingkat tinggi dibutuhkan untuk memastikan Piala Eropa 2016 sukses. Turnamen ini harus mengkombinasikan sportivitas, perayaan, serta keamanan bagi tim, pelatih, dan penggemar. Selama 80 hari menjelang turnamen dimulai, penyelenggara, kota-kota, dan pelayanan kota sudah berjalan sepenuhya," kata Menteri Dalam Negeri Prancis Bernand Cazeneuveu.
Tiga ledakan terjadi di dua lokasi di Brussels pada Selasa, 22 Maret 2016, yakni di Bandara Zavantem dan stasiun kereta bawah tanah di pinggiran Maalbeek. Dari data yang dikumpulkan kantor berita Mirror, setidaknya 34 orang tewas akibat teror tersebut.
EGI ADYATAMA | MIRROR