TEMPO.CO, Jakarta - Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah mengumpulkan komite darurat untuk membahas penyebaran virus Zika. Virus ini dihubungkan dengan banyaknya kerusakan otak pada bayi.
"Tahun lalu, penyakit ini terdeteksi di Amerika, yang merupakan lokasi penyebaran yang eksplosif," kata General Director WHO Margaret Chan di Geneva seperti yang dilansir The Guardian, Jumat, 29 Januari 2016.
Virus ini sekarang terdeteksi sudah menyebar di 23 negara yang berada di Amerika. Penyebaran virus ini membuat pemerintah didesak untuk melarang wanita hamil pergi ke area yang sudah terinfeksi. Hingga saat ini, belum ada vaksin untuk mengobati virus tersebut. Virus juga dikaitkan dengan microcephalus, yaitu kondisi serius yang dapat menyebabkan gangguan perkembangan seumur hidup.
Menurut Chan, level dari alarm penyakit ini sangat tinggi. Indikasi terjangkitnya virus selalu dihubungkan dengan kondisi bayi yang lahir dengan kepala kecil. Hubungan antara Zika virus, kelahiran tidak normal, dan sindrom neurologi belum diketahui, tapi hal ini dicurigai saling berhubungan.
Ada empat hal yang harus diwaspadai oleh Chan. Pertama, ada kemungkinan virus ini berkaitan dengan malformasi dan sindrom neurologis. Kedua, ada kemungkinan penyebaran virus lebih luas dengan perantara nyamuk. Ketiga, masih kurangnya imunitas di areal yang terinfeksi. Yang terakhir, ketiadaan vaksin untuk virus ini.
Baca Juga:
Hal ini ditambah dengan El Nino yang diperkirakan akan meledakkan populasi nyamuk. Untuk itu, Chan memutuskan membentuk komite darurat di bawah regulasi kesehatan internasional.
Komite ini akan bertemu pada Senin dan akan menyarankan tindakan serta pengukuran spesifik pada negara yang terinfeksi dan lokasi lainnya.
Sejak September, Brazil melaporkan terdapat 4.000 kasus bayi mengalami microcephaly. Presiden Brasil Dilma Rousseff telah menyatakan perang melawan nyamuk Aedes Aegypti yang menyebarkan virus ini. Negara tersebut berfokus membasmi lokasi pembiakan nyamuk.
THE GUARDIAN | MAWARDAH NUR HANIFIYANI