TEMPO.CO, London - Babak baru perseteruan dunia internasional kembali dibuka. Kali ini, melibatkan Rusia dan Inggris. Meskipun tidak berseteru secara langsung, namun isu terbaru tentang tuduhan Pengadilan Tinggi Inggris kepada pemimpin Kremlin diperkirakan akan memperburuk hubungan kedua negara.
Secara mengejutkan, Pengadilan Tinggi Inggris mengeluarkan putusan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin kemungkinan terlibat dalam kasus kematian salah satu agen rahasia Rusia, Alexander Litvinenko di London.
Kematian Litvinenko pada November 2006 silam itu diperintahkan oleh Putin. Kematian mantan intel KGB tersebut disebabkan oleh keracunan radioaktif Polium yang tercampur dalam teh yang diminumnya.
Hakin Sir Robert Owen pada persidangan yang berlangsung pada Rabu mengatakan pada 1 November 2006, Litvinenko tengah minum teh bersama dua agen KGB lainnya, Andrei Lugovoi dan Dmitry Kovtun, di Pine Bar, Hotel Millennium, distrik Mayfair, London. Setelah itu Litvinenko lantas menderita kesakitan sebelum akhirnya meninggal dunia.
Hasil pemeriksaan forensik menunjukkan Litvinenko memang positif terkena racun. Sisa teh yang diminumnya pun terdeteksi mengandung bahan berbahaya radioaktif Polium. Tidak hanya itu, Hakim Sir Robert Owen mengatakan bahwa di kamar Kovtun juga terdeteksi sisa-sisa bahan racun tersebut.
"Bahan racun tertinggi ditemukan di kamar mandi Kovtun yang terperangkap di sedimen bawah kamar mandi," kata laporan itu seperti dilansir New York Post, Jumat, 21 Januari 2016.
Tuduhan tentang keterlibatan Putin bukan tanpa sebab. Sebelum meninggal dunia, Litvinenko mengaku pernah berseteru dengan Putin setelah dia menuduh orang nomor satu Rusia itu adalah seorang pedofil.
Bahkan Litvinenko mengaku bahwa semasa Putin masih menjabat sebagai Kepala KGB, dia pernah menghancurkan alat bukti berupa rekaman video kelakuan menyimpangnya tersebut.
Pada saat-saat menjelang kematiannya, dalam kondisi kritis dan berbaring di ranjang, Litvinenko masih sempat menyalahkan Putin atas pembunuhannya.
"Anda telah menunjukkan diri sebagai seorang barbar dan kejam kepada kritikus Anda," katanya. "Protes dari seluruh dunia akan bergema kepada di telinga Anda selama sisa hidup Anda Putin."
Litvinenko telah menjadi duri abadi di sisi Putin sejak dia membelot dari layanan mata-mata Rusia dan pindah ke London pada 2000.
Dalam buku-buku dan artikel yang dipublikasikan dalam bahasa Inggris dan Rusia, Litvinenko telah berulang kali menuduh Putin telah merebut dan memegang kekuasaan politik melalui kampanye intimidasi yang kejam dan penuh dengan kekerasan.
NEW YORK POST | YON DEMA