TEMPO.CO, Paris – Ratusan masjid dan ruang salat umat Islam di seluruh Prancis membuka pintu bagi tetamu non-muslim di negeri yang barus saja diguncang serangan ekstrimis.
Takmir atau pengurus masjid selalu menyediakan “secangkir teh hangat untuk persaudaraan” kapada pengunjung dan mengundang mereka untuk mengadiri salat lima waktu.
Kegiatan ini diorganisir oleh lembaga Islam di Prancis, French Council of the Muslim Faith (CFCM), yang bertujuan merangsang dialog tentang Islam dan menciptakan nillai-nilai kebangsaan yang lebih besar.
Menurut laporan kantor berita AFP, undangan kepada tetamu masjid itu berlangsung setahun setelah 17 orang tewas akibat dihantam peluruh kaum ekstrimis yang melakukan serangan terhdap Paris dengan sasaran majalah satir Charlie Hebdo dan supermarket Yahudi.
“Tujuan kami adalah menciptakan sebuah ruang dimana masyarakat dapat bekerjasama dan melakukan pertemuan normal antara kaum muslim dengan seluruh sahabat kami warga Prancis lainnya,” kata Presiden CFCM Anouar Kbibech.
Ide mengundang kaum non-muslim ke masjid itu menggunakan peringatan serangan 7-9 Januari 2015 sebagai tonggak karena aksi tersebut merusak tata nilai Islam di mata kaum non-muslim. “Serangan itu dikaitkan dengan Islam yang akrab dengan kekerasan dan terorisme,” ucapnya.
Pada kesempatan lain, tokoh masyarakat Kristen sempat mendatangi sebuah musala kecil di hall Ajaccio, di Pulau Corsica, Prancis. “Ini merupakan kunjunggannya ke enam belas ke tempat ibadah umat Islam,” tulis kantar berita Iran, IRNA. Pulau Corsica pernah mendapatkan serangan saat perayaan Natal.
“Jika seseorang mengulurkan tangnnya, saya menerimanya dan menjabat tangannya,” kata Jean-Francois.
Menteri Dalam Negeri Bernard Cazeneuve menerima undangan mengunjungi sebuah masjid di dekat Paris dan memuji undangan tersebut. “Prancis ingin lebih dari itu, meminta seluruh umat muslim terlibat di Prancis,” katanya.
IRNA | CHOIRUL AMINUDDIN