TEMPO.CO, London - Sebuah survei yang dilakukan baru-baru ini terhadap para guru di Inggris menunjukkan hasil mengejutkan. Seperti dilansir BBC pada Selasa 6 Oktober 2015, lebih dari setengah responden atau 53 persen berpikir untuk berhenti mengajar dalam dua tahun ke depan.
Survei yang dilakukan oleh National Union of Teachers, menemukan 61 persen dari mereka yang ingin meninggalkan tugas mengajarnya karena tidak tahan dengan beban kerja. Sedangkan 57 persen lainnya menginginkan keseimbangan kerja atau hidup yang lebih baik.
Dua pertiga dari 1.020 guru sekolah dasar dan menengah yang ditanyakan merasa semangat mengajar mereka telah menurun selama lima tahun terakhir.
Survei, yang dilakukan dengan sampel yang representatif dari guru, juga menyimpulkan bahwa banyak yang tidak senang dengan beberapa rencana pemerintah.
Sekretaris jenderal NUT, Christine Blower, mengatakan: "Survei ini menunjukkan gabungan, dampak negatif dari agenda akuntabilitas pada beban kerja dan moral guru.
"Guru merasa bahwa kinerja Kementerian Pendidikan bekerja sejauh ini untuk mengatasi beban kerja benar-benar tidak memadai.
Dia menambahkan bahwa banyak guru merasa gaji mereka telah terkikis selama jangka waktu yang panjang, dan bahwa banyak yang tidak mendapatkan kenaikan gaji karena ketatnya anggaran sekolah.
Menanggapi hal tersebut, Menteri Pendidikan Inggris, Nick Gibb berjanji untuk mengatasi beban kerja yang berlebihan.
Meski demikian, Gibb mengatakan bahwa profesi mengajar tetap menjadi sebagai "profesi yang sangat populer dengan angka tertinggi orang bergabung sejak 2008.
"Angka-angka terbaru menunjukkan jumlah mantan guru datang kembali ke kelas terus meningkat dari tahun ke tahun - dari 14.720 pada 2011 menjadi 17.350 pada tahun 2014.
BBC | YON DEMA