TEMPO.CO, Sydney — Kepolisian Australia menduga dua pilot Indonesia telah teradikalisasi dan menjadi pendukung kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Hal ini terungkap dalam dokumen rahasia Kepolisian Federal Australia (AFP) yang dibocorkan majalah Australia, The Intercept, melalui situsnya pada Rabu, 8 Juli 2015.
Dalam dokumen tertanggal 18 Maret 2015 berjudul "Identifikasi pilot Indonesia dengan Kemungkinan Pandangan Ekstremis", AFP menyebutkan dua pilot Indonesia, Ridwan Agustin dan Tommy Hendratno alias Tommy Abu Alfatih, diduga terlibat kelompok ekstremis tersebut setelah mengamati akun Facebook mereka.
“Berdasarkan peninjauan konten dari akun keduanya diketahui bahwa mereka kemungkinan telah terpengaruh unsur radikal—setidaknya dinilai dari lingkungan online—dan hasilnya bisa mengancam keamanan,” demikian laporan AFP. Laporan ini kemudian dibagikan oleh Australia kepada sejumlah negara terkait, seperti Turki, London, Amerika Serikat, dan Europol.
Menurut AFP, Ridwan menjadi pilot AirAsia sejak 2010 dan terbang di rute-rute internasional, seperti Hong Kong dan Singapura. Sebelum September 2014, dia mem-posting beberapa foto dirinya menggunakan seragam pilot di depan pesawat AirAsia. Sedangkan dalam posting-an lain ia mengunggah foto istri dan anak-anaknya.
Pada September 2014, posting-an Ridwan di Facebook mulai berubah. Dia mengunggah foto-foto pasir putih dan foto-foto bersama rekannya yang mendukung kelompok ISIS. Dia kemudian terlacak berinteraksi secara online dengan orang-orang pro-ISIS lainnya, termasuk milisi asal Indonesia yang ikut perang di Irak dan Suriah.
Sejak itu, Ridwan mengubah namanya menjadi Ridwan Ahmad Indonesiy dan menyatakan minatnya untuk bergabung dengan ISIS dan bertempur di Kobani. Saat menunjukkan minatnya bergabung dengan ISIS, dia masih berinteraksi dengan pilot Indonesia dari maskapai yang berbeda, Tony, yang sempat bekerja di AirAsia kemudian pindah ke Premiair.
Selama interaksi itu, Ridwan terus mengunggah materi berisi dukungan untuk ISIS. Pada pertengahan Maret 2015, Ridwan mem-posting lokasi terakhirnya di Raqqa, Suriah. Dan kini akun tersebut telah ditutup.
AFP menolak mengkonfirmasi berita ini kepada media Australia. “Kami tidak membahas materi intelijen. Namun kami menjalin hubungan baik dengan aparat negara sahabat untuk memastikan warga Australia aman.”
THE INTERCEPT | SITA PLANASARI AQUADINI