TEMPO.CO, Jakarta - Jumlah korban yang terjangkit wabah virus sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS) di Korea Selatan terus bertambah. Kementerian Kesehatan Korea Selatan menyebutkan, dari 14 orang yang dikonfirmasi terserang virus MERS, lima orang dinyatakan meninggal dunia.
Dua bulan lalu, jumlah kasus infeksi saluran pernapasan ini baru 34, kini meningkat menjadi 64 kasus. Jumlah warga yang terserang virus MERS ini merupakan yang terbesar di luar wilayah epidemi di Timur Tengah.
Seperti dilansir dari BBC News, dari lima korban meninggal, salah seorang terindentifikasi laki-laki berumur 75 tahun. Ia sempat dirawat di sebuah rumah sakit di Seoul. Lebih dari 1.600 orang sudah dikarantina untuk menghentikan semakin meluasnya penyebaran virus.
Seorang pejabat Kementerian Kesehatan menyebutkan, dari 14 orang yang terserang virus, 10 dirawat di rumah sakit yang sama di Seoul. Mereka antara lain petugas medis di rumah sakit tempat perawatan pasien MERS.
Ada yang tertular karena sempat dirawat dalam bangsal yang sama dengan pasien MERS lainnya. Sementara pasien lain terkena penyakit infeksi saluran pernapasan itu setelah mengunjungi rumah sakit, tempat pasien MERS pertama sempat dirawat pada 20 Mei 2015.
Publik Korea mengkritik cara Kementerian Kesehatan dalam menangani wabah virus MERS yang dinilai lamban. Park Won-soon, Wali Kota Seoul, mengkritisi pemerintah karena dinilai tidak memberikan informasi yang memadai kepada warga tentang virus MERS ini.
Namun Menteri Kesehatan Moon Hyung-pro membantah pernyataan Park Won. Menteri Moon berkata, pemerintah telah berupaya untuk menahan penyebaran virus MERS.
MERS pertama kali ditemukan pada manusia tiga tahun lalu di Arab Saudi. Penyakit ini disebabkan oleh coronavirus, seperti halnya virus SARS. Lembaga kesehatan dunia, WHO, menyatakan tingkat kematian akibat MERS lebih tinggi dibanding SARS, yaitu 38 persen. Hingga kini total terjadi 1.179 kasus MERS di seluruh dunia. Sebanyak 442 kasus di antaranya menyebabkan kematian.
SETIAWAN ADIWIJAYA