TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo berjanji mengembalikan Indonesia sebagai poros maritim dunia. Hasjim Djalal, anggota Dewan Maritim Indonesia, membandingkan revolusi maritim ala Jokowi dengan pengalaman Cina—negara yang pernah berhasil mewujudkan revolusi maritim.
Menurut diplomat senior yang pernah turut serta dalam Konferensi Hukum Laut Internasional Ketiga pada 1973-1882 ini, revolusi maritim Jokowi menekankan hal-hal yang langsung berhubungan dengan kepentingan rakyat seperti perikanan. “Bagi dia (Jokowi), harus politik yang merakyat. Kelihatannya tema pokoknya ikan. Karena yang dekat dengan rakyat itu ikan,” katanya seusai menjadi pembicara dalam seminar di Kedutaan Besar Australia, Selasa, 7 April 2015.
Karena prinsip itu, kata Hasjim, kebijakan maritim Jokowi lebih banyak menyentuh hal-hal praktis. “Soal mineral (laut), strategi militer, agak sedikit jauh dari rakyat, makanya tidak banyak perhatian,” ujarnya. Pengamatan Hasjim, selain perikanan, isu lingkungan seperti kebersihan laut juga lebih diperhatikan pemerintah.
Hasjim menyebutkan Jokowi menghindari hal-hal kontroversial seperti militerisasi laut. Menurut pria 80 tahun ini, strategi berbeda diterapkan Cina ketika revolusi kelautan di bawah Deng Xiaoping. “Ketika Cina mulai revolusi kelautan, mereka modernisasi ilmu pengetahuan dan industri,” ujar ayah Dino Patti Djalal, mantan Wakil Menteri Luar Negeri, ini.
Hasjim sendiri berharap Indonesia bisa melakukan modernisasi ilmu pengetahuan kemaritiman seperti Cina. “Saya kepengin dan belum lihat modernisasi di bidang ilmu pengetahuan kemaritiman seperti untuk transportasi dan wisata,” tuturnya. Apalagi dia melihat potensi dasar laut Indonesia besar, banyak mineral yang belum tereksplorasi. Dia menyesalkan, selama puluhan tahun, soal ini tidak menjadi perhatian pemerintah Indonesia.
Hasjim menyarankan, jika pemerintah cenderung ingin mengeksplorasi laut Indonesia untuk kepentingan praktis rakyat, bisa belajar dari Namibia. Di negara Afrika itu, penduduk bisa menambang berlian di laut. Padahal biasanya berlian ditambang di darat. “Mereka berpikir, di darat banyak berlian, jadi mesti jutaan tahun lalu sudah ada juga berlian di laut.”
Terlebih sekarang sedang tren pencarian mineral di gunung laut dan blacksmoke, seperti dilakukan Cina, Jepang, India, dan Korea. “Kita berharap mineral di darat, tapi tidak bicara tentang mineral laut.”
ATMI PERTIWI