TEMPO.CO, Brussels - Para pemimpin Uni Eropa (EU) menyepakati sanksi ekonomi terhadap Rusia akan tetap berlaku sampai kesepakatan damai dengan Ukraina sepenuhnya dilaksanakan. Kesepakatan yang dicapai pada pertemuan puncak EU di Brussels itu mempertahankan sikap bersama untuk sanksi terhadap Moskow atas perannya dalam konflik Ukraina, Kamis, 19 Maret 2015, waktu setempat.
Namun ketegangan sempat terjadi di antara mereka. Beberapa anggota dari 28 negara ini enggan mendukung kesepakatan tersebut. Pemerintah yang bergabung dalam EU terbelah antara kelompok yang memilih untuk memperbarui sanksi ekonomi terhadap Rusia, yang berakhir pada Juli atau menunggu beberapa bulan sebelum mengambil keputusan, dan melihat apakah proses gencatan senjata di Ukraina terjadi.
Para pemimpin EU yang berada di balik kesepakatan ini adalah Presiden Dewan Eropa Donald Tusk bersama Kanselir Jerman Angela Merkel dan Presiden Prancis Francois Hollande. Mereka adalah arsitek dari rencana perdamaian Ukraina di Minsk bulan lalu.
"Pemimpin sepakat bahwa durasi sanksi ekonomi jelas terkait dengan implementasi atas perjanjian Minsk, mengingat bahwa kesepakatan itu paling mungkin terjadi pada akhir 2015," ujar Tusk dalam konferensi pers yang dikutip Reuters.
"Para pemimpin Uni Eropa juga bersiap untuk mengambil keputusan lebih lanjut jika diperlukan," katanya, sebuah ancaman yang jelas tentang kemungkinan memberikan sanksi tambahan.
Dalam perjanjian tersebut hanya disebut sanksi ekonomi. “Namun UE bisa mengangkat sejumlah sanksi tambahan, seperti larangan visa dan pembekuan aset di Uni Eropa, sebelum akhir tahun jika ketegangan di Ukraina timur meningkat,” kata para diplomat Uni Eropa.
"Jika hal-hal buruk terjadi, kita akan memperkuat sanksi. Jika di sisi lain situasi tetap stabil dan membaik, kita mungkin akan meninjau ulang sanksi atau meredakannya," kata sumber dari diplomat Prancis.
Dalam pembicaraannya di hadapan parlemen rendah Jerman pada Kamis, Merkel jelas mengatakan bahwa sanksi ekonomi terhadap Rusia tidak akan mereda sampai kesepakatan Minsk terpenuhi sepenuhnya. "Kita tidak bisa dan tidak akan meningkatkan sanksi yang berakhir pada bulan Juli atau September sampai tuntutan perjanjian Minsk dipenuhi. Itu sesuatu yang salah," ujarnya.
Merkel juga berbicara melalui telepon kepada Presiden Amerika Serikat Barack Obama pada Rabu, 18 Maret 2015. Mereka sepakat tidak akan ada pelonggaran sanksi sampai Rusia memenuhi semua komitmennya berdasarkan kesepakatan Minsk.
Adapun pernyataan yang tegas disampaikan Perdana Menteri Ukraina Arseny Yatseniuk bahwa para pemimpin Uni Eropa harus mendiskusikan, memperbarui sanksi yang ada, atau bahkan meningkatkan sanksi jika Rusia gagal melaksanakan kesepakatan Minsk.
"Jika Putin memecah kesatuan di antara para pemimpin dari negara-negara anggota Uni Eropa, ini akan menjadi kisah sukses terbesar Presiden Putin, dan ini akan menjadi bencana bagi kebebasan di dunia," katanya kepada wartawan di Brussels setelah pertemuan puncak sebelum bertemu dengan Tusk pada Kamis.
Yatseniuk juga mengatakan Uni Eropa belum menanggapi permintaan Ukraina untuk pasukan penjaga perdamaian PBB atau polisi misi Uni Eropa guna memantau gencatan senjata. "Kami berharap teman-teman Eropa kami akan mendukung ide ini," katanya.
Kesepakatan Minsk, yang menetapkan serangkaian langkah untuk meredakan krisis Ukraina—termasuk gencatan senjata dan penarikan senjata berat—berada di bawah tekanan baru pada Rabu setelah terjadi bentrok publik antara Ukraina dan Rusia. Bentrok ini berakibat pada munculnya korban militer Ukraina dari serangan pemberontak.
Keputusan hukum formal apakah akan memperpanjang sanksi keuangan, sektor pertahanan, dan energi Rusia yang berakhir pada Juli akan diambil pada pertemuan puncak Uni Eropa berikutnya pada bulan Juni.
REUTERS | MECHOS DE LAROCHA