TEMPO.CO, Tunis - Serangan sejumlah pria bersenjata otomatis Kalashnikov ke museum nasional Bardo dan kompleks parlemen, di Tunis, Ibu Kota Tunisia, pada Rabu, 18 Maret 2015 kini telah menewaskan 20 wisatawan asing dan dua warga lokal.
"Ada 22 tewas termasuk 20 dari Afrika Selatan, Prancis, Polandia dan wisatawan Italia," kata juru bicara Kementerian Dalam Negeri, Mohamed Ali Aroui. Ia menambahkan, 42 orang terluka akibat insiden mengerikan ini.
Perdana Menteri Habib Essid sebelumnya mengatakan ada 17 warga asing tewas. Mereka berasal dari Polandia, Italia, Jerman dan Spanyol. Serangan itu dibalas tembakan polisi ke penyerang yang menyebabkan dua pelaku tewas.
Essid mengatakan orang-orang bersenjata dan berseragam militer, menembaki para wisatawan saat mereka turun dari bus dan mengejar mereka di dalam museum. Para penumpang bus langsung kocar kacir. Darah tumpah di halaman dan di dalam museum.
Presiden Beji Caid Essebsi menyebut serangan itu merupakan kejahatan yang mengerikan. Pemerintah, katanya, kini tengah mengambil langkah untuk mencegah serangan lebih lanjut.
"Kami ingin memastikan bahwa hal-hal tersebut tidak akan terjadi lagi," kata Essebsi kepada AFP saat ia mengunjungi korban di rumah sakit Tunis.
Di Tunisia, serangan kepada orang asing ini yang terburuk sejak bom bunuh diri Al Qaeda di rumah ibadah orang Yahudi, Sinagoge yang menewaskan 14 orang Jerman, dua Prancis, dan lima orang Tunisia di Pulau Djerba pada 2002. Aksi kemarin siang juga amat memukul Tunisia lantaran perekonomian negara itu tergantung pada sektor pariwisata.
CHANNELNEWSASIA| ISTI