TEMPO.CO, Washington - Kekhawatiran Amerika Serikat terhadap virus ebola semakin meningkat setelah pada Ahad, 12 Oktober 2014 lalu, AS melaporkan kasus kedua ebola yang menimpa suster yang merawat pasien ebola AS pertama, Thomas Duncan. Suster itu diketahui bernama Nina Pham. (Baca: Ebola Menyebar, AS Laporkan Kasus Kedua)
Hal itu membuat Presiden AS Barrack Obama mendesak Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon untuk lebih memperhatikan wabah yang menjadi epidemi di Afrika Barat tersebut. Dalam sebuah percakapan telepon dengan Ban Ki-moon, Obama menekankan perlunya dukungan semua anggota PBB untuk mengatasi masalah ebola. (Baca: Ini Persamaan Ebola dan HIV)
Dalam sebuah pernyataan yang dirilis Gedung Putih, yang kemudian dikutip kantor berita Xinhua, Selasa, 14 Oktober 2014, Obama menyatakan semua anggota PBB harus bekerja sama menyediakan personel, baik kesehatan maupun militer, peralatan, dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk menghentikan epidemi pada sumbernya.
Lantaran ancaman ebola semakin meningkat, kedua pemimpin tersebut sepakat agar semua anggota yang merupakan bagian penting dari masyarakat internasional melipatgandakan tekad dan komitmen untuk tetap tegas mengatasi krisis soal ebola ini.
ANINGTIAS JATMIKA | XINHUA
Terpopuler
Mengeroyok Wanita Pezina Jadi Tren di Cina
Pernikahan Pangeran Charles-Diana Tindakan Idiot
Diterpa Badai Vongfong, Jepang Porak Poranda