TEMPO.CO, Yerussalem - Suratkabar Kuwait, Al-Jarida, mengutip "sumber Barat" mengatakan, Ben Zygier adalah bagian dari kru dinas rahasia Israel, Mossad, yang bertanggungjawab dalam pembunuhan Mahmoud al-Mabhouh, pejabat Hamas di Dubai, Qatar, tiga tahun lalu. Zygier adalah pria berdarah Yahudi-Australia yang ditahan di penjara Israel dan kemudian meninggal.
Fairfax Media, yang dimiliki oleh Sydney Morning Herald, mengutip pejabat keamanan Australia yang mengatakan bahwa Zygier, yang semula hanya disebut "Tahanan X", sudah diambang rencananya untuk membocorkan informasi operasi rahasia Israel terkait pembunuhan al-Mahbhouh.
ABC News di Australia, Selasa lalu mengatakan, Zygier direkrut oleh Mossad sekitar 10 tahun yang lalu. Dia sudah berumur 34 tahun, sudah menikah dan memiliki dua anak pada saat kematiannya di penjara, dua tahun lalu. Israel juga mengakui bahwa saat di tahanan Zygier diberi identitas palsu untuk "alasan keamanan".
Menurut Al-Jarida, Zygier menghubungi Pemerintah Dubai setelah Mabhouh ditemukan tewas, 20 Januari 2010 lalu. Dia dilaporkan akan menawarkan informasi soal operasi pembunuhan itu. Sebagai balasannya, ia akan mendapatkan perlindungan dari Pemerintah Dubai.
Seorang pejabat keamanan Australia kepada Fairfax Media mengatakan, "(Zygier) mungkin sudah hendak meniup "peluit", tapi dia tidak pernah mendapat kesempatan itu."
Mahbhouh, yang memiliki nama lengkap Mahmoud Abdel Rauf al-Mabhouh, adalah komandan militer senior Hamas dan salah satu pendiri Izz ad-Din al-Qassam, afiliasi militer Hamas. Polisi di Uni Emirat Arab yakin pembunuhan ini dilakukan oleh Mossad.
Haretz.com, salah satu media Israel, mengisahkan saat-saat terakhir sebelum kematian Mabhouh. Pada 19 Januari, sekitar pukul 9 pagi, Mahbhouh menggunakan maskapai Emirates EK 912 dari Damaskus, Suriah, menuju Dubai. Ia mendarat pukul 2:30 pm. Ia mencapai hotel terdekat, al-Bustan Rotana, dengan taksi.
Menggunakan identitas palsu, ia memesan kamar nomor 130, di lantai pertama hotel yang memiliki 275 kamar itu. Ia memesan kamar yang tidak memiliki balkon dan jendelanya tertutup sehingga tidak ada yang bisa masuk. Ia menyimpan dokumen di kotak deposit hotel. Dia menghabiskan waktu sekitar satu jam di kamarnya, di mana ia mandi dan berganti pakaian. Sekitar pukul 4.30 atau 5.00 pm, ia meninggalkan hotel.
Dia tampaknya makan malam di luar, karena hotel tidak memiliki catatan makanan atau minuman di salah satu restorannya. Selama jam-jam kritis tersebut, Mabhouh rupanya sedang dibuntuti. Dia diyakini telah kembali ke kamarnya sekitar pukul 9 pm. Saat ia membuka pintu, penyerang ikut masuk, dan membunuhnya. Sebab, tidak ada tanda-tanda orang masuk dengan paksa.
Namun, Hamas berkeyakinan bahwa para pembunuh itu sedang menunggunya di dalam setelah ada yang memberitahu bahwa Mabhouh sedang dalam perjalanan ke kamarnya. Sekitar pukul 9.30 pm, istri Mabhouh menelpon ke telepon genggamnya, tapi tidak ada jawaban. Kematiannya diketahui keesokan harinya, dengan sejumlah luka tembak di tubuhnya.
Jerusalem Post | Haaretz.com | Abdul Manan